Monday, September 2, 2013

BROMO TrIP and MadaKaliPura Waterfall


Tujuan trip  kami kali ini ke Bromo, salah satu pesona wisata di Jawa Timur yang sangat tersohor, planning trip ini sebenarnya sudah lama ada, tapi baru terealisasi Mei 2013, bertepatan dengan salah satu teman kuliah ku yang mengambil cuti cukup lama di Surabaya, kami memutuskan untuk mengisi waktu sekaligus reuni dadakan karena memang sudah hampir 1 tahun kami tidak bertemu (karena Ginza tinggal dan bekerja di Sangatta Kalimantan Timur). Akhirnya tercetuslah ide untuk ngetrip bareng tanggal 25 Mei 2013, dengan tema “The Girls Day Out” karena yang ikutan trip kali ini memang cewek-cewek  semua, teman seangkatan, sejurusan, K46 tercinta (Aq, Ginza, Farisa, Dina, Handini). Dan ini adalah trip pertama kami ke Bromo, walaupun kami berlima asli dari Jawa Timur belum satupun member yang pernah kesana, kami jadi sangat excited.

19: 00 WIB 25 Mei 2013 
Kami berangkat dari Surabaya pukul 19.00 naik mobil menuju Probolinggo, ada 3 altenatif jalur yang dapat di tempuh untuk mencapai Bromo,
Rute 1 : Lewat Probolinggo è Jalur favorit para wisatawan, karena tracknya cukup mudah dan tidak terlalu terjal
Rute 2 : Lewat Pasuruan è Kalau dari Surabaya, jalur ini cukup cepat namun jalan yang harus di tempuh sempit dan berkelok, jadi yang belum jago nyetir pilih jalan yang aman aja ya..
Rute 3 : Lewat Malang (Tumpang) è Ini medan yang cukup sulit karena jalannya sempit, berkelok dan cukup terjal, dan merupakan akses kalau mau melakukan pendakian ke Semeru
Selama di mobil kami bertukar  cerita banyak hal, maklum lah namanya cewek kalo udah bertemu dengan species yang sama pasti agak berisik,hehehe…

23.00
Kami tiba di pom Bensin Sukapura Probolinggo, tempat aku dan mas Andri janjian untuk ketemuan dan menjemput kami. Mas Andri adalah pemilik jeep yang sudah aku contact sebelumnya untuk menemani trip kami, karena mobil biasa sulit untuk menaklukkan medan menuju kawah Bromo, maka kami menyewa jeep dengan tariff 560 rb (max capacity 5 orang).
Tapi ternyata kami sampai di Sukapura kesorean…hehehe…, dan Mas Andri baru bisa menjemput kami pukul 02.00, akhirnya kami istirahat di mobil sampai jeepnya datang. Selama proses penantian kami menjumpai banyak wisatawan lain yang akan menuju Bromo, ada rombongan mahasiswa yang naik motor, dll

02:00 26 Mei 2013
Mas Andri datang menjemput kami dengan jeepnya, tapi yang akan mengantarkan kami ke Bromo bukan mas Andri sendiri melainkan Mas Sony (saudaranya), Perjalananan kami dimulai, destinasi kami ada 4 lokasi
1.     Penanjakan è spot untuk menikmati sunrise, menikmati keindahan Bromo dari ketinggian,
2.    Kawah Bromo
3.    Savana è Hamparan padang ilalang d kawasan Taman Nasional Tengger Semeru
4.    Lautan Pasir/Pasir Berbisik

03:30 Penanjakan
Jalan yang dilewati sangat berliku dan terjal untuk sampai k Penanjakan, memang mobil jenis jeep yang mampu untuk melewati medan sulit seperti itu. Kami tiba di spot view jam 4 pagi, udara dingin Bromo sangat terasa menusuk, bahkan tiap kami berbincang ada kabut dingin yang keluar dari mulut kami, layaknya kami sedang berada di musim dingin negara-negara empat musim.  Malam ini cuaca sedang sangat bersahabat, bulan purnama yang sangat menakjubkan menemani para wisatawan,  dengan cuaca seperti ini Sunrise di Penanjakan akan sangat mempesona, siluet jingga yang perlahan muncul menampakkan dirinya di ufuk timur, di balik kemegahan Bromo dan Semeru. Subhanallah……”Kami saat merasa kecil dibandingkan dengan semua keindaahan ciptaan-Mu”. Thanks God,  sudah mengizikan kami untuk mengaguminya


View from Penanjakan

06:30 Kawah Bromo
Setelah puas berfoto dengan latar Gunung Bromo, view yang sangat mempesona, tak hentinya berdecak kagum, dan selalu mengatakan “Wah….keren”, kami serasa berada di atas awan , sejuk udara pagi yang masih fresh, sangat membuai kami berlima. Pukul 06.00 kami turun dari Penanjakan dan menuju destinasi berikutnya Kawah Bromo, setelah mas Sony memarkir jeepnya di area parkir, kami melanjutkan dengan berjalan kaki untuk sampai ke kawah Bromo. Jika kalian enggan berjalan kaki dan ingin menyimpan energy lebih banyak, di sekitar area parkir dan lautan pasir banyak pemilik kuda yang menyewakan kudanya untuk di tunggangi, tarif yang mereka pasang beragam. Pintar-pintar kalian saja dalam hal tawar menawar. Karena ingin menikmati sensasi berjalan di lautan pasir sampai ke puncak, akhirnya kami menolak semua tawaran pemilik kuda. Hampir 3 tahun lebih rasanya aku tak pernah hiking, pendakian terakhirku ke gunung adalah saat ke Gunung Ijen (Banyuwangi) 3 tahun silam, kami memang harus menyiapkan tenaga ekstra, maklumlah rasanya otot-otot kaki ini sudah kaku karena jarang sekali dibuat berolahraga.
Setelah melewati lautan pasir kami tiba di anak tangga menuju kawah, entahlah berapa anak tangga yang harus kami lampaui, aku juga tak sempat menghitungnya, karena tangga tersebut tidak cukup lebar, maka wisatawan harus sabar mengantri, berjalan mengular untuk sampai ke kawah.
Sesampainya diatas, kami disuguhi pemandangan yang tak kalah keren, asap putih masih terus membumbung dari perut Bromo, gunung berapi ini memang salah satu gunung berapi di Jawa Timur yang masih aktif. Di sekitar kawah terlihat banyak bunga-bunga sisa sesajen, hal ini wajar ditemui, karena warga sekitar Tengger secara continue melakukan ritual di Kawah Bromo. Banyak wisatawan yang mengabadikan moment di atas Kawah dengan kamera mereka masing-masing, begitu pula dengan kami. Bromo tak hanya menjadi daya tarik wisatawan domestic, tapi juga wisatawan manca negara,





View from the Top

09:30 Savana
Savana adalah bukit dengan hamparan hijau ilalang, yang tumbuh menyelimuti perbukitan di kawasan Bromo. Hanya perlu 15 menit dari area parkir jeep di kawasan kawah untuk dapat menjangkau padang savana Taman Nasional Bromo Tengger Semeru. Kalau kalian pernah menonton film 5 cm, kalian akan familiar dengan hamparan bukit nan menghijau tersebut. Menurut penuturan mas Sony (guide kami) savana ini merupakan salah satu jalur pendakian jika ingin ke Semeru. Tentu saja kami tak melewatkan kesempatan untuk  berfoto di sana. Mengambil spot-spot yang menarik dan kemudian memposting foto-foto tersebut di sosial media. Sebagai bukti otentik bahwa kami pernah menjejakkan kaki ke Bromo.
10:00 Pasir Berbisik
Setelah puas berfoto-foto di padang savanna, kami melanjutkan perjalanan ke Pasir Berbisik, aku juga tak mengerti kenapa tempat tersebut dinamai Pasir Berbisik, apakah menyadur salah satu film yang dibintangi Christine Hakim yang memiliki judul serupa. Entahlah. Tapi menurut mas Sony, Pasir Berbisik itu maksudnya suara deru pasir yang tertiup angin yang menyerupai bisikan-bisikan, fenomena tersebut sering terjadi saat musim kemarau. Mas Sony memang guide yang jempolan selain bersedia mengantarkan kami ke destinasi wisata, mas Sony juga tak keberatan menceritakan asal-usul atau filosofi-filosofi yang berkembang di masyarakat sekitar Bromo. Saat tiba disana, sejauh mata memandang hanya hamparan pasir hitam, hal ini kontras sekali dengan pemandangan yang ada di savana yang semua area di selimuti hijaunya rerumputan dan ilalang. Wisatawan yang berkunjung pun hanya beberapa glintir orang, tak sepadat seperti di kawah atau di Penanjakan.
11: 00 Back to Sukapura
Pukul sebelas siang kami memutuskan untuk kembali ke Sukapura, karena memang matahari sudah cukup terik. Perjalanan turun ke Sukapura kurang lebih memakan waktu 1.5 jam. Selama perjalanan turun, kami lebih banyak terlelap daripada mengoceh, maklum saja, rasa-rasanya kami belum memejamkan mata semalaman. Walaupun begitu sesekali aku terbangun dan jeep yang membawa kami turun, terus melaju melewati perkampungan yang terletak di lereng bukit, sawah hijau dengan metode tera siring terhampar luas di depan kami, kebun-kebun lobak serta wortel berjejer rapi, tentu saja waktu semalan kami melewati jalur ini tak terlihat apapun selain gelap gulita, tapi saat siang begini semuanya terlukis dengan jelas. Kami berlima yang notabene lebih sering menghabiskan waktu dikota dengan pemandangan gedung-gedung pencakar langit, deru klakson kendaraan atau kepulan asap pabrik, tentu sangat sumringah menikmati memandangan sekitar, dan tak henti-hentinya melontarkan pertanyaaan ke Mas Sony, ”itu kebun apa ya?”, atau “itu tanaman apa?”. Hehehe…beruntung kami mendapatkan guide yang sabar. Sayangnya baterai kamera kami sudah lowbat, jadi tak sempat memotret pemandangan itu.
12:00 MadaKariPura Waterfall
Destinasi terakhir kami adalah MadaKariPura Waterfall, yah bahasa kerennya Air Terjun Mada Kari Pura. Air Terjun tersebut masih dalam kawasan Probolinggo. Jika kalian ke Bromo, sempatkanlah sebentar untuk megunjunginya, karena sejalur dengan arah pulang menuju Surabaya. Sebelumnya aku juga tak mengetahui ada obyek wisata air terjun di daerah Probolinggo, karena rekomendasi seorang teman, dan rasa penasaranku, akhirnya kami memutuskan mengunjunginya. Konon menurut apa yang pernah aku baca, Air terjun tersebut adalah tempat terakhir pertapaan seorang Patih yang sangat tersohor pada masa kejayaan Kerajaan Majapahit. Siapa lagi kalau bukan Patih Gajah Mada. Maka tak mengherankan jika tempat tersebut dinamai Mada Kari Pura. Mada ~ di ambil dari nama Sang Patih, Kari ~ dalam bahasa Jawa artinya terakhir, Pura ~ identik dengan tempat pertapaan. Terlepas dari cerita legenda itu benar atau hanya cerita masyarakat sekitar saja,  sesampainya disana kami memang menemukan ada arca yang menyerupai Patih Gajah Mada.
Tarif masuk yang dikenakan cukup murah hanya 3000/orang. Tapi untuk sampai ke tempat wisata tersebut kami harus melewati jalan setapak kecil, yang kanan kirinya sudah sangat mepet dengan tebing, mengendarai mobil dengan track seperti itu memang harus mempunyai skill dan keberanian lebih. Sesampainya di area parkir, kami memutuskan utuk mengisi perut terlebih dahulu, mengecharge energy sebelum melanjutkan perjalanan. Kami tidak membawa banyak tas saat menuju air terjun, karena untuk sampai ke sana jalur yang dilewati tidaklah mudah, kami harus menyeberangi anak –anak sungai yang penuh dengan batu-batu besar, serta melawan arus sungai tersebut. Aku jadi teringat pengalamanku dan Ginza saat Pelatihan Diklat Sar PLH Siklus (semacam klub Pencinta Alam di kampus kami). Tapi sepertinya kami belum cukup beruntung karena setelah menempuh ¾ perjalanan, hujan turun, akhirnya kami berteduh di warung, dekat jalan setapak di pinggir sungai. Astaga ternyata ada juga yang berjualan dilokasi seperti ini. Rejeki memang bisa dicari dimana saja jika kita mau berusaha. Setelah berteduh cukup lama hujan juga tak kunjung reda, kami sebenarnya tetep kekeuh untuk melanjutkan perjalanan. Toh sudah dekat ini. Sayang kalau hanya tinggal sepelemparan batu, kami malah melewatkan kesempatan ini. Tapi apa daya, petugas penyelamat menyerukan dari HT bahwa di atas sedang hujan lebat dan beresiko banjir, maka demi keselamatan pengunjung, para wisatawan dilarang mendekat. Kami pun hanya menatap Air Terjun tersebut dari kejauhan, dengan rintik hujan yang semakin intens dan cukup lebat, kami memutuskan kembali ke mobil. Saat beranjak pergi, Ibu-ibu yang berjualan di warung tersebut, juga bergegas merapikan barang dagangannya. Banyak orang yang berbondong-bondong turun dan menyerukan adanya banjir. Kami pun segera mempercepat langkah sebelum banjir benar-benar tiba di anak sungai, kalau banjir sudah datang lebih dulu maka akan sulit untuk menyebrangi sungai tersebut. Dari kejauhan air terjun dan  sungai yang semula jernih, sedikit demi sedikit berubah menjadi keruh karena membawa partikel tanah, dan alirannya semakin menderas. Ini layaknya upaya evakuasi korban bencana saja. Beruntung kami sudah kembali saat banjir belum mencapai anak sungai. Yah walaupun sedikit kecewa karena tak sampai finish, kami masih bisa memandangi air terjun tersebut dari kejauhan, merasakan sensasi bertelanjang kaki melewati anak sungai, dan merasakan sejuknya alirannya. Jika kalian ingin mengunjungi tempat wisata seperti air terjun yang terletak di dataran tinggi, saranku bersiaplah membawa jas hujan dan sandal jepit, karena daerah dataran tinggi seperti itu sangat berpotensi turun hujan.

# another picture


Savana


Jeep




Bunga abadi "Eidelweis"


MadaKaripura Waterfall

Thursday, April 18, 2013

Di depan Pintu yang sama




Empat bulan sejak terakhir kali kau mengunjungiku
Sejak project itu usai
Tak lagi kita saling bertukar senyum dan sapa





Tapi hari ini, entah apa yang membuatmu kembali
Mengayunkan langkah kesini
Disini, ditempat yang sama
Didepan pintu yang sama, Di kantorku
 

Kita kembali bertemu,
Saling bertatap muka,
Saling bertukar senyuman dan sapaan
Walau hanya dalam sekejap mata



Rasa ini tak akan pernah lagi sama
Dan senyuman itu pun tidak lagi bisa membuatku merona



Aku hanya ingin berbagi duniaku denganmu,
Tapi kau lebih memilih berbagi duniamu dengannya
Dan bukan diriku