Tuesday, December 23, 2014

Epilog….

Dear Mas Fauzi, Leader Group Red….
Seperti ceritaku di awal buku ini, aku hanya transit sementara disini, aku rasa 4 bulan waktu yang cukup, dan pesawatku mau tak mau harus take off menuju destinasi berikutnya. Dan aku harap itu destinasi yang lebih baik tentunya.
Kamu pikir aku pasti udah gak waras, kurang kerjaan, atau seseorang yang iseng banget, udah jadiin kamu dan orang-orang di pabrik ini obyek tulisanku. Maaf ya…maaf banget…, dimaafin kan ya? Please… =)
Pesenku sederhana aja kok…
Tetaplah tersenyum dengan senyummu yang menyenangkan, dan tetap rajin ya…menjadi leader paling rajin sepabrik. Hehehe….Kamu tau mas, anak buah itu mencerminkan leadernya lho…, kalo leadernya rajin anak buahnya mau gak mau rajin juga pasti. Dan aku selalu menganggapmu adik kecilku yang good looking, rajin, menyenangkan dan baby face. Tetap semangat ya Mas Fauzi..Ganbatte kudasai

Sidoarjo, Agustus 2013

Regards,

Dewi_chan
:: dewi_k46
:: bluehanami.blogspot.com

#latepost

Selecta, The Last Moment Before I Left….

28.08.13

Hari ini perusahaan kami akan mengagendakan acara Tour bersama bagi seluruh karyawan. Semua karyawan wajib berpartisipasi, begitu juga aku. Rasanya enggan sekali ikut serta, bagaimana tidak, tanggal 27 malam aku masih masuk shift 3. Dan paginya harus ikut acara tersebut. Malasnya…pasti ngantuk berat. Tapi aku pikir ini adalah moment terakhirku bersama QC dan karyawan perusahaan ini sebelum aku resign. Jadi aku putuskan tetap berangkat.
Tujuan wisata kami adalah Taman Rekreasi Selecta di Batu, Malang. Batu sudah pasti identik dengan suasana pegunungan yang sejuk dan asri. Begitu juga dengan Selecta, entah kapan aku terakhir mengunjunginya, mungkin saat masih pakai seragam putih merah, saat rambutku masih di kepang dua. Rasanya sudah sangat lama. Saat mengunjungi taman ini, pengunjung akan di suguhi dengan view khas pegunungan, hamparan bukit yang hijau, jalan setapak yang naik turun, taman bunga, serta kolam renang.
Kami berangkat dari pabrik pukul 06.30 dan sampai di lokasi wisata pukul 10.00. Serangkaian acara harus dilalui, sambutan-sambutan, adu yel-yel, games, serta ramah tamah. Tour kali ini memang bertujuan mengakrabkan seluruh karyawan dari semua level dan semua department yang ada. Lepas pukul 14.00 adalah acara bebas, peserta diperbolehkan berjalan-jalan di area lokasi, ada yang berenang, atau hanya berfoto-foto ria di area taman bunga. Seperti yang aku dan teman-teman QC  lakukan. Kami menyusuri jalan setapak. Jepret sana, jepret sini, bermain ayunan. Menertawakan ini dan itu. Atau mengolok-olok mas Gayuh yang sedang berusaha PDKT ke salah satu anak packing. Menikmati bakso di pinggir taman, kami berdelapan duduk satu meja, mengobrol, dan berusaha menikmati kebersamaan ini.  Tapi rasa-rasanya ada 2 orang yang tak nampak batang hidungnya, siapa lagi kalo bukan leader group red dan salah satu membernya, mas Fauzi dan mas Agung. Kemana mereka? Entahlah aku juga tak tau, mungkin mereka punya urusan yang lebih urgent.
Hari ini cukup membawa warna tersendiri buatku. The last moment with them before I left”


Sidoarjo, Agustus 2013


Special Thanks…

Red Team, Yellow Team, All Operator Mesin, QC/QA Crew, Raw Material and W/H Crew, All Operator Packing


Pindah Group itu Menyenangkan, Tapi……

Selepas Lebaran ada kabar gembira yang menyambutku, Apa itu? pindah group, tak perlu di jelaskan panjang lebar, kenapa hal ini bisa membuatku amat sangat gembira..Pindah Group bisa berarti banyak, 75% happy, 25% little sad. Happy, tak perlu lagi bersitatap dengan “miss” itu, hal ini akan berimbas besar, karena suasana kerja pasti lebih menyenangkan dan membuatku lebih ceria daripada sebelumnya...hehehe…=) . Little sad, secara tidak langsung kehilangan senyum yang menyenangkan itu. Smile from Mr. Baby Face. 

Sidoarjo, Agustus 2013

#latepost #mystory

Shift Terakhir Bersama Red

Hari itu, minggu terakhir kami bekerja sebelum libur lebaran. Kami masuk shift 1 lagi. Dan pagi  yang sibuk itu sudah diawali dengan mesin yang berantakan, mulai masalah stacker yang sering error, product yang bocor . Entahlah kenapa mesin PDZ 1 rewel sekali pagi ini, mesin yang bising menderu ini tak henti-hentinya memuntahkan product,  kontan saja hal tersebut menyibukkan banyak orang, baik operator produksi, maintenance, packing,  bahkan QC. Alamak benar-benar uji kesabaran. Berbeda dengan saudara sepabrikannya mesin PDZ 2 yang cenderung bersikap manis, tak banyak ulah, dan berjalan lancar. Lima menit berkutat dengan masalah stacker yang sering reject – reject cukuplah membuat kami berolahraga dan bermandikan peluh pagi itu. Jangan ditanya bagaimana kondisi area mesin PDZ 1 saat itu. Sudah pasti full dengan belasan kantong plastic popok. Kalau kalian saat masih kecil dulu sering bermain “mandi  bola” ditaman  hiburan, bisa jadi dengan banyaknya  popok yang berserakan saat itu  kalian juga bisa berenang dilautan baby diapers alias popok bayi. Sah-sah sajakan sedikit membayangkan kejadian lucu ditengah pagi yang menyebalkan ini. Sebagai leader mas Fauzi akhirnya mengeksekusi mesin ini, mematikannya, dan mencari sumber masalah dari semua kekacauan itu. Kenapa enggak dari tadi aja dimatiin, mas?
Setelah kondisi mesin sudah relatif stabil dan mengobati sumber penyakitnya. Kami membereskan sisa-sisa kekacauan yang tertinggal, merapikan product, dan packing ulang. Berdiri berhadapan hanya di pisahkan meja stainless kami mengobrol ringan, sambil memasukkan product ke plastic bag size M20. Ini obrolan pertama kami pagi ini, karena sejak tadi dia hanya memasang tampang serius. Dan aku berinisiatif memulai obrolan.
“Pagi-pagi, sampean sudah ngajakin olahraga ya mas?hahaha…”
“Hahaha…iya mbak, aku enggak sahur pula tadi pagi, luwe wes malihan . Larutan merah di mejanya sampean, sawangane seger ya?
“Mokel aja sudah mas, udah aku siapin sirup merah seteko lo di meja, tinggal di tambahin gula aja plus es batu. Hahaha…”
Begitulah kurang lebih suasana pagi yang sibuk itu. Sepenggal cerita lagi, sepotong obrolan kami.

 Sidoarjo, Agustus 2013

#latepost



Teko mesin PDZ 1….

Tahun ini adalah tahun pertamaku menjalankan ibadah puasa di pabrik baru, di Sidoarjo. Dimana tahun kemarin aku menjalankan bulan penuh berkah ini di Pasuruan, yang notabene cukup jauh dari rumah.
Tempat baru, atmosfir baru. Berbeda saat aku masih bekerja di Pasuruan dengan system kerja non shift. Disini aku harus bekerja shift. Dan hari ini hari pertama puasa, hari pertama shift 1 yang akan aku lalui. Di pabrik ini ada 3 kali shift time . Shift 1 (07.00 ~ 15.00), Shift 2 (15.00 ~ 23.00), dan Shift 3 (23.00 ~ 07.00). Bisa kalian bayangkan bekerja di line produksi, di depan mesin yang bising menderu, serta panas bermandikan peluh dan sebagai seorang muslim wajib menjalankan ibadah puasa, rasa haus yang mencekik kerongkogan menjadikan puasa kali ini ujian yang cukup berat. Pun demikian dengan semua member dari team Teknisi Produksi  mesin  PDZ 1 sebut saja Mas Fauzi, Mas Agung, Mas Ajib, dan Mas Bambang. Mereka harus bertahan menahan dahaga dan panas selama menjalankan kewajiban mereka.
Aku akan sedikit menceritakan sepotong kekonyolan yang mereka lakukan di depan mesin PDZ 1 ini. Kenapa mesin ini di namai PDZ ?. Entahlah, aku juga tak tau ,dari Jepang sudah diberi nama seperti itu mungkin. Lagipula mesin ini sudah berdiri disini sebelum aku join di pabrik ini. Mesin ini menjalankan fungsinya 24 jam sehari, 7 hari seminggu, nonstop untuk memproduksi baby diapers jenis pantz . Mesin ini pula yang menjadi saksi bisu kejadian lucu, konyol, menyenangkan, serta menyebalkan dari sebagian besar karyawan disini. Atau bahkan ada pula cinta yang bersemi di depan mesin ini. Banyak cinlok yang bermunculan bak jamur dimusim hujan, anak QC jadian dengan anak Maintenance, anak Packing dengan anak WareHouse, atau anak QC dengan anak Teknisi Produksi. Hahaha…..kalo dibuat judul FTV “Cintaku nyangkut d PDZ 1” lucu kali ya. Dalam pepatah jawa bilang “witing tresno jalaran soko nggelibet” masih berlaku ternyata.
Siang yang cukup panas dan bikin gerah itu, aku sedikit terheran dan bertanya dalam hati “Dimana ya teko tempat larutan yang biasanya aku pakai untuk mengecheck kebocoran cuff?, kok mendadak ngilang?”.
Beberapa detik kemudian Mas Agung datang menghampiri meja yang biasa aku pakai dengan membawa “teko” yang aku cari, dan ternyata larutan dalam teko itu sudah berganti dengan air dingin dari dispenser. Aku hanya terheran menatap tingkah mas yang satu ini. Ngapain pula siang-siang puasaan gini bawa bawa teko?
“Ngapain mas?Mokel ya?Ngapain pula bawa-bawa air?pengen minum?”
Spontan aku melontarkan pertanyaan itu sambil tersenyum melihat polahnya.
“Hahaha….Enggak mokel, cuma pinjem tekonya buat ngambil air”
Dia tertawa begitu saja
“Air buat diminum mas?”.
Tanpa panjang lebar menjawab pertanyaanku, dia melakukan hal konyol itu, mencelupkan tangannya kedalam teko dan nyengir sedetik berikutnya.
“Haha,,,dingin,,,seger,,,” itulah kata yang terucap darinya sambil menepuk2 tengkuk dan tangannya dengan air dingin tersebut.
Hahahaah….Astaga ini orang ada ada aja kelakuannya, enggak inget umur apa?, sama banget seperti adikku saat masih berumur 5 tahun, kalo lagi kepanasan waktu puasaan gini. Pulang sekolah langsung lari ke kamar mandi, bingung buat nyebur bak mandi dan main air sesukanya, untung aja gak nyebur sumur sekalian.
“Ngapain dek? mau minum air se’bak’?”hahaha…
”Ya enggak lah mbak, cuma ngadem bentar kok, enggak boleh apa?
“Ya boleh sih, kenapa gak masuk kulkas sekalian aja?”hahaha..
“Mana cukup kulkasnya aku masukin”
Itulah sepenggal cerita masa kecil yang serupa dengan sepotong kejadian siang itu.
Astaga..kejadian konyol didepan mesin itu pun berlanjut, dasar…emang Mas Agung nih pelopornya, dan diikutin sama yang lain juga, secara bergantian Mas Fauzi, Mas Ajib dan Mas Bambang melakukan hal yang sama, malahan mengompres dahi dan wajah mereka dengan air dingin itu.
Aku cuma bisa tertawa sambil menepuk dahi menonton kejadian itu, ternyata orang dewasa seumuran mereka masih sering melakukan hal-hal  konyol layaknya kelakuan anak TK.
Hahaha…Biarlah…kejadiaan ini akan menjadi potongan lucu dan menggelikan jika diceritakan kembali, menjadi hiburan tersendiri buatku. Menjadikan potongan-potongan puzzle di depan mesin PDZ 1 ini lengkap. Memberikan warna tersendiri di siang hari yang terik itu.


Sidoarjo, Juli 2013

#latepost

Nutrijell dan Kotak Makanku

Minggu ini adalah  minggu ke 3 bulan Ramadhan, dan  aku masuk shift 2. Masuk shift 2 berarti masih bisa melakukan banyak hal setelah sahur. Selagi masih rajin-rajinnya  aku sedikit bereksperimen di dapur. Menyiapkan dessert untuk buka puasa nanti sore,hahaha…Ini bukan  “dessert”  yang kalian banyangkan seperti di restoran-restoran itu, hanya nutrijell dan ice cream saja, adikku sudah merequestnya seminggu lalu.  Membuat keduanya bukan hal yang rumit, cukup 30 menit berkutat di dapur, selebihnya tinggal memasukkan ke lemari es. Hanya tinggal menunggu waktu sampai jelly dan ice cream tersebut  membeku dengan sendirinya. Aku sengaja membuatnya dalam porsi yang cukup banyak, dan berniat membawa sebagian ke pabrik. Apa salahnya berbagi makanan, selagi makanan yang aku bawa tidak membuat mereka sakit perut. Tentu saja aku hanya membawa jelly ke pabrik tanpa ice cream, bagaimana pula membawakan ice cream, sebelum sampai di tempat pasti sudah meleleh duluan. Aku menyiapkan 3 kotak makan masing-masing untuk QC, Operator PDZ1 dan Operator PDZ2.
Selepas maghrib aku membagikan ketiga kotak makan tersebut. Untuk mesin  PDZ 1, tentu saja aku serahkan ke leadernya. Siapa lagi kalo bukan mas Fauzi. Dia sedang sibuk sepertinya, duduk sambil mengamati bagian bawah mesin. Entahlah apa pula yang dia periksa di kolong mesin itu. Kontan saja dia sedikit bingung dengan ulahku, karena kotak makan tersebut  sengaja aku  masukkan ke “plastic bag” product baby diapers. Mungkin mas Fauzi mengira aku mau complain lagi, tapi beberapa detik berikutnya raut mukanya sudah berubah, dan tersenyum ramah setelah tau isi plastic itu adalah makanan.
“Makasih ya mbak”. Itulah kalimat yang terucap darinya
“Iya sama-sama mas”. Aku menjawabnya singkat sambil berlalu meninggalkannya. Akulah yang seharusnya berterima kasih, setidaknya  kamu telah bersedia  berbagi senyuman itu. Senyum yang menyenangkan. Senyum yang dapat membuat rasa sebal atau marah berguguran seketika. Senyum yang sangat mirip dengan senyum “seseorang”.
Di akhir shift mas Fauzi menghampiriku yang sibuk merapikan product. Dan bertanya satu hal.
“Mbak kotak makannya dibalikin ta?”
“Ya, iyalah lah mas, kotak makannya kenapa emang?”
“Hehehe…kebuang ke tempat sampah mbak, dan sampahnya udah di angkut” dengan polosnya dia menjawab sambil cengengesan.
“Serius mas? Ya udah sampean cari dulu aja, mungkin masih ketemu…”
Astaga mas Fauzi ya, bener-bener deh, seumur umur baru kali ini nih kotak makanku dibuang, bahkan “seseorang” itu pun tak pernah berani melakukannya.
Besoknya mas Fauzi menghampiriku dengan sedikit rasa bersalah mungkin…hahaha…padahal aku udah enggak ngambek lagi. Karena apa? karena hal serupa juga terjadi di PDZ 2. Kotak makanku terbuang begitu saja. Cowok-cowok ini kadang emang enggak pernah memperhatikan hal-hal detail dan sepele kayak gini. Karena sudah 2 kotak makanku hilang, ya mau gimana lagi, diikhlasin sajalah.
“Mbak, serius ilang beneran, udah aku cari ndak ketemu”
“Hahaha..ya udah mas biarin aja”
“Aku gantiin aja ya?”
“Hahaha..enggak usahlah, untung cuma kotak makan biasa, bukan tupperware. Kalo yang kebuang tupperware bisa bangkrut aku...hehehe..Besok-besok jangan dibuang lagi ya?”
“Besok-besok dibungkus plastic aja mbak kalo ngasik makanan,hehehe…”
“Aku bungkus pakai popok aja sekalian mas..hahaha”
Sepenggal cerita ini akan mengisi sisi lain mesin PDZ yang setiap hari nonstop membuat bising seluruh sudut pabrik. Melengkapi penggalan-penggalan cerita lain yang akan terus bergulir seiring berjalannya waktu. Aku hanya berusaha mendeskripsikannya saja dalam bentuk tulisan, agar tetap ada dan tak dilupakan begitu saja. Dan aku berusaha menikmati setiap jengkal jalan ceritanya.

Pesen buat mas Fauzi, nanti kalo udah nikah dan istrinya kamu ngebawain bekal mas, jangan sekali-sekali kotak makannya dibuang, alamat seminggu kamu enggak dimasakin lagi.. Apalagi kotak makannya merk Tupperwear…hahahah =P

Sidoarjo, Juli 2013

#latepost

Cintaku Nyangkut di PDZ

Karena keisengan penulis saja akhirnya  release juga cerita ini, judul yang sedikit menggelikan memang, tapi peduli amat, yang nulis aku kok, ya terserah aku mau ngasik judul  apaan . “ Cintaku Nyangkut di PDZ”. Sekilas seperti  judul film-film FTV, tapi beda setting lokasi, kalau biasanya film-film FTV lebih sering bersetting di Bali, Lombok, atau Yogya, sedikit berbeda dengan cerita yang satu  ini.
Perasaan – perasaan itu memang sering kali muncul tanpa kita sadari, tanpa pernah bisa kita antisipasi kapan dia akan datang, dia bisa muncul kapan saja, dimana saja, bahkan bisa semakin tumbuh subur, walaupun sudah dengan sekuat tenaga kita menyangkalnya, atau bahkan memangkas habis tunas-tunas kecilnya. Hebat sekali benda yang bernama perasaan ini, dia bisa membuat harimu cerah ceria, walaupun dunia sedang gelap gulita. Atau bahkan sebaliknya, dia bisa membuat hatimu muram sepanjang hari, walaupun dunia sedang terang benderang.
Aku hanya ingin kembali menceritakan potongan kecil cerita tentang perasaan-perasaan yang bermunculan di depan mesin ini. Mesin PDZ. Beberapa bulan terakhir aku memang sedang hobby mengamati tingkah laku orang-orang disekitarku, gesture mereka, cara mereka berkomunikasi, dan mencoba mendeskripsikannya, semampuku.  Sampai suatu pagi mataku menangkap sepenggal kejadian itu. Kejadian yang membuat aku sebagai penonton hanya bisa tersenyum saat menyaksikannya. Sebut saja mereka adalah Mas Ajib dan Mbak Age. Mas Ajib, supervisor mesin PDZ 2, seorang pria dengan kisaran umur 27 tahun, dan berkulit sawo matang. Mbak Age, operator packing, seorang cewek berhijab dengan umur 20 tahunan, bertubuh imut, mungil, manis, dan berparas cantik, kesan baby face pasti langsung terlintas saat kalian melihatnya. 
Saat itu aku sedang berdiri terpekur disana, di depan tempat reject splicing, memekan-nekan tombol di layar panel PLC, mengambil beberapa product, dan mengecheknya secara visual. Tanpa sadar saat aku mengalihkan pandangan ke arah stacker, Mas Ajib sedang berdiri di depan stacker tersebut, dengan wajah yang sumringah, senyum yang ganjil, mata yang berbinar, dan dengan sedikit menggunakan bahasa isyarat, tampaknya dia sedang berkomunikasi dengan seseorang di ujung sana. Entahlah sedang mengobrol dengan siapa dia. Memangnya dengan suara super bising seperti ini, obrolan mereka bisa nyambung satu sama lain?. Hampir 15 menit berlalu, tapi cowok satu ini juga tak bergeser sejengkalpun dari posisi berdirinya semula. Aku hanya penasaran, siapa sih sosok di ujung sana yang mampu membuatnya betah berdiri lama-lama di depan mesin ini?. Aku sedikit berjinjit  dari  tempatku berdiri, dan sedetik itu pula aku bisa menyimpulkan apa yang sedang terjadi. Ternyata diujung sana ada sesosok cewek yang juga sama-sama tersenyum malu-malu. Tatapan mata mereka tak pernah bisa menyembunyikan rasa itu, saling bertukar senyum, walaupun dibatasi partisi fiber glass, suara bising mesin, tak akan menjadi penghalang apapun bagi keduanya. Kalian tau, perasaan itu muncul dari hati, dan mengalir bersama denyut nadi, dan perlahan sampai ke mata, membuat kedua bola mata kita lebih bercahaya dan berbinar cerah. Dan perkataan orang-orang itu selalu benar, mulut mungkin bisa berbohong, tapi tatapan mata tak pernah bisa menyembunyikannya, karena mata adalah refleksi hati kita. Apalagi untuk mereka yang sedang di hinggapi perasaan jatuh cinta, tanpa perlu banyak komunikasi secara verbal, cukup hanya dengan tatapan mata, seorang pasangan mampu mendeskripsikan kalimat yang akan dilontarkan pasangannya, seperti ada telepati dan koneksi saat mereka melakukan eye contact. Benar-benar menakjubkan. Sebuah kejadian sederhana yang  membuatku tersenyum saat menyaksikannya dan sekaligus mengingatkanku dengan moment “itu”. Momentku dengan seseorang di kantor lama.
Rasanya masih tergambar dengan jelas senyum kami saat itu, di meeting room saat meeting internal departement. Mr. Itaya memang selalu mengajak semua staffnya melakukan internal meeting antar departement yang di pimpinnya, QC, Engineering, dan Development setiap akhir bulan untuk melaporkan progress dari masing-masing department. Itu sudah menjadi agenda rutin kami, meeting internal itu juga sebagai sarana untuk mengakrabkan semua staff dari 3 departement yang berdeda. Saat itu aku, staff Enggineering dan seseorang itu, staff Development. Aku dan dia duduk agak berjauhan memang, dipisahkan meja panjang, tapi tentu saja dengan posisi duduk kami saat itu, dengan leluasa kami bisa saling bersitatap satu sama lain. Astaga, entahlah apa yang membuat kami beradu pandang, saling melempar senyum, dan sama-sama tersipu. Eye contact yang tidak lebih dari 3 detik itu, mampu membuatku ceria sepanjang hari, sepanjang malam. It’s the best moment that  I had. Bahkan setelahnya, kami mampu saling menemukan sosok satu sama lain meskipun dalam radius jarak yang cukup jauh. Tapi endingnya tak pernah sesuai harapanku. Ada hal-hal rumit yang tak pernah mampu dia jelaskan dan membuatku sempurna menghilang darinya 4 bulan yang lalu. Membawa pulang kembali setengah hatiku dan meninggalkan setengahnya di development room.  
            Alih-alih menceritakan moment antara mas Ajib dan mbak Age, aku malah mencungkil sendiri kenangan masa lalu itu. Aku hanya berharap perasaan yang muncul diantara mereka dapat tumbuh dan terawat dengan baik. Happy ending and happily ever after. Tak hanya Mas Ajib dan Mbak Age yang mengalami fase cinlok di depan mesin ini. Tapi juga Mbak Ulfa dan Mas Aris, mereka bahkan meminjam meja yang biasa aku pakai untuk menimbang berat product untuk berbincang-bincang seru. Dan menyisakan aku sebagai penonton. Hahaha…sudahlah biarkan, namanya juga orang yang lagi falling in love, serasa dunia milik berdua yang lain numpang. Dan masih banyak cinlok-cinlok lain yang bertunas, dan bertumbuh disini. Di depan mesin ini. Mesin PDZ.


Sidoarjo, Juli 2013

Note : Bulan lalu, tepatnya November 2014 Mas Ajib secara resmi melamar Age..turut berbahagia untuk kalian, semoga dilancarkan acaranya.


#latepost