Tuesday, December 23, 2014

Mr. Baby Face dan Obrolan Super Singkat Kami

25.07.2013

Fauzi…..Ahmad Fauzi…yah itulah nama lengkapnya, dan baru kemarin sore dia melontarkan sebuah pertanyaan padaku untuk yang pertama kalinya sejak kami satu team, dia Teknisi Produksi atau lebih familiar disebut Operator Produksi dan aku QC staff di perusahaan ini.
Astaga manis sekali senyumnya, senyum yang sangat mengingatkan aku akan seseorang dari kantor lama…secara personality Fauzi seorang yang pendiam, rajin, malah teramat rajin kalo di bandingkan dengan member lain Teknisi Produksi di team kami (Red Team), tentu saja dia rajin karena dia leader di team tersebut. Seorang leader yang mempunyai tanggung jawab lebih terhadap member serta mesin yang di handle nya
“Mbak dari jurusan apa?”,
Itu pertanyaan yang terlontar darinya sore itu.
“Hah?”
Aku mendongak serta sedikit mencondongkan diriku untuk mendengar lebih jelas pertanyaan barusan, saat itu kami memang sedang berdiri di depan mesin, suara bising yang menderu samar-samar menenggelamkan pertanyaannya.
“ Oh Teknik Kimia, Mas”
“Kok enggak di lab aja mbk?”
“Hahaha..enggak tau mas lagi di tugasin di Line Produksi”
Aku hanya membatin, kalo aku bisa memilih, ya mending di lab ajalah dingin, enggak perlu panas panasan dan bermandikan peluh kayak begini. Yang bikin kuyu, dan kucel.
“Darimana mb?”
“ITS”,
Aku menjawabnya cepat dan dia tersenyum lebih manis dari sebelumnya..Oh my God seandainya masih ada ruang kosong di hati atau aku masih anak ingusan yang baru lulus SMA kemarin, sedetik itu pula aku bisa jatuh hati. Hahaha…stupid memang, tapi berhubung aku sudah bukan ABG lagi, aku hanya membalas nya dengan senyuman ringan. Seringan fluff (salah satu material yang digunakan dalam industri diapers) tidak lebih tidak kurang.
“Sampean lulusan mana lo mas?”
Itu pertanyaan balik yang aku lontarkan…Kalian tau, hampir aku tak pernah menanyakan hal-hal pribadi  apapun ke orang-orang di pabrik ini sejak aku resmi bekerja di sini 3 bulan lalu. Siapa nama mereka, rumahnya dimana, dari jurusan apa, ato bla..bla..bla pertanyaan basa basi lain. Karena apa? Alasan standart, aku sudah bertekad tidak menggunakan feeling apapun saat bekerja disini. Pabrik ini hanya tempat transit sementara, tempat baru untuk menyembuhkan diri, berdamai dengan perasaan-perasaan itu, berdamai dengan seseorang dari kantor lama. Pilihan obat yang buruk memang, Ya tapi inilah pilihan yang  telah aku ambil dengan segala konsekuensinya. Aku berubah menjadi sosok yang pendiam, setengah robot, hanya mengangguk jika “iya”, dan menggeleng jika “tidak”. Rutinitas yang cukup menjengahkan. Bekerja 8 jam sehari, pulang kerumah, dan berangkat lagi keesokan harinya. Bekerja tanpa hati, hanya gugur kewajiban saja, melaksanakan kewajiban sesuai jobdesk, selebihnya nonsense.
“Aku juga dari ITS, jurusan Teknik Mesin, Mesin Kapal tapi mbak”,
Dia menjawab pertanyaanku sambil merapikan product yang berceceran di depan kami.
Mbak, dia selalu memanggilku seperti itu, agar terlihat lebih menghargaiku mungkin, atau memang dia lebih muda dari aku, secara dia baby face. Entahlah. Siapa pula  yang peduli dia mau memanggilku seperti apa. Toh aku juga tidak memusingkan hal ini.
“Oh ya? Ternyata kita satu “padepokan” dong?Baru nyadar sekarang ya mas?Teknik Mesin Kapal? Lulusan Teknik Mesin Kapal kok nyasar ke Pabrik Baby Diapers? Bisa nggak mesin di pabrik ini di buat ngambang di air?”…
“Hahaha”…..dia tertawa lebih renyah.

Itu lah joke yang meluncur begitu saja dari ucapanku..tak menyadarinya ternyata aku masih bisa nyeletuk seperti ini, sedikit  me “rileks” kan otot muka yang sedari tadi cemberut menatap product yang tak kunjung rapi. Sejak menit-menit tersebut mungkin balok es dan dinding-dinding pembatas di sekitarku sedikit demi sedikit mencair dan melunak. Mencairkan suasana kerja kami yang selama ini aku enggan bicara dengan siapapun, dan hanya menggunakan bahasa isyarat ( tapi beruntungnya walau aku hanya menunjuk ini dan itu, tanpa banyak penjelasan, dia selalu tau apa yang harus di setting di mesin ini agar product yang dihasilkan sesuai standart ). Tentu saja dia tau apa yang harus dilakukan, karena dia jauh lebih lama bekerja disini, serta lebih expert daripada aku yang masih seumuran jagung. Satu hal lagi yang aku sadari, aku masih bisa di ajak ngobrol dengan mudah ternyata, jika ada orang yang memulai obrolan lebih dulu tentunya, walaupun di awal terkesan jutek, pendiam, menyebalkan dan sejenisnya. Sejujurnya aku cukup supel jika kalian sudah mengenalku. Aku belajar satu hal sederhana dari Mr. Baby Face ini, dari obrolan super singkat kami sore itu. “Tersenyum membuat suasana hatimu membaik secara instant”

Sidoarjo, Juli 2013

#latepost #mylife

No comments:

Post a Comment