25.07.2013
Fauzi…..Ahmad Fauzi…yah itulah
nama lengkapnya, dan baru kemarin sore dia melontarkan sebuah pertanyaan padaku
untuk yang pertama kalinya sejak kami satu team, dia Teknisi Produksi atau
lebih familiar disebut Operator Produksi dan aku QC staff di perusahaan ini.
Astaga manis sekali senyumnya,
senyum yang sangat mengingatkan aku akan seseorang
dari kantor lama…secara personality Fauzi seorang yang pendiam, rajin,
malah teramat rajin kalo di bandingkan dengan member lain Teknisi Produksi di
team kami (Red Team), tentu saja dia rajin karena dia leader di team tersebut.
Seorang leader yang mempunyai tanggung jawab lebih terhadap member serta mesin
yang di handle nya
“Mbak dari jurusan apa?”,
Itu pertanyaan yang terlontar
darinya sore itu.
“Hah?”
Aku mendongak serta sedikit
mencondongkan diriku untuk mendengar lebih jelas pertanyaan barusan, saat itu kami
memang sedang berdiri di depan mesin, suara bising yang menderu samar-samar
menenggelamkan pertanyaannya.
“ Oh Teknik Kimia, Mas”
“Kok enggak di lab aja mbk?”
“Hahaha..enggak tau mas lagi di
tugasin di Line Produksi”
Aku hanya membatin, kalo aku bisa
memilih, ya mending di lab ajalah dingin, enggak perlu panas panasan dan
bermandikan peluh kayak begini. Yang bikin kuyu, dan kucel.
“Darimana mb?”
“ITS”,
Aku menjawabnya cepat dan dia tersenyum lebih
manis dari sebelumnya..Oh my God seandainya masih ada ruang kosong di hati atau
aku masih anak ingusan yang baru lulus SMA kemarin, sedetik itu pula aku bisa
jatuh hati. Hahaha…stupid memang, tapi berhubung aku sudah bukan ABG lagi, aku
hanya membalas nya dengan senyuman ringan. Seringan fluff (salah satu material yang digunakan dalam industri diapers)
tidak lebih tidak kurang.
“Sampean lulusan mana lo mas?”
Itu pertanyaan balik yang aku
lontarkan…Kalian tau, hampir aku tak pernah menanyakan hal-hal pribadi apapun ke orang-orang di pabrik ini sejak aku
resmi bekerja di sini 3 bulan lalu. Siapa nama mereka, rumahnya dimana, dari
jurusan apa, ato bla..bla..bla pertanyaan basa basi lain. Karena apa? Alasan
standart, aku sudah bertekad tidak menggunakan feeling apapun saat bekerja
disini. Pabrik ini hanya tempat transit sementara, tempat baru untuk
menyembuhkan diri, berdamai dengan perasaan-perasaan itu, berdamai dengan seseorang dari kantor lama. Pilihan obat
yang buruk memang, Ya tapi inilah pilihan yang
telah aku ambil dengan segala konsekuensinya. Aku berubah menjadi sosok
yang pendiam, setengah robot, hanya mengangguk jika “iya”, dan menggeleng jika
“tidak”. Rutinitas yang cukup menjengahkan. Bekerja 8 jam sehari, pulang
kerumah, dan berangkat lagi keesokan harinya. Bekerja tanpa hati, hanya gugur
kewajiban saja, melaksanakan kewajiban sesuai jobdesk, selebihnya nonsense.
“Aku juga dari ITS, jurusan
Teknik Mesin, Mesin Kapal tapi mbak”,
Dia menjawab pertanyaanku sambil
merapikan product yang berceceran di depan kami.
Mbak, dia
selalu memanggilku seperti itu, agar terlihat lebih menghargaiku mungkin, atau
memang dia lebih muda dari aku, secara dia baby face. Entahlah. Siapa pula yang peduli dia mau memanggilku seperti apa.
Toh aku juga tidak memusingkan hal ini.
“Oh ya? Ternyata kita satu “padepokan”
dong?Baru nyadar sekarang ya mas?Teknik Mesin Kapal? Lulusan Teknik Mesin Kapal
kok nyasar ke Pabrik Baby Diapers? Bisa nggak mesin di pabrik ini di buat
ngambang di air?”…
“Hahaha”…..dia tertawa lebih
renyah.
Itu lah joke yang meluncur begitu saja dari ucapanku..tak menyadarinya ternyata
aku masih bisa nyeletuk seperti ini, sedikit
me “rileks” kan otot muka yang sedari tadi cemberut menatap product yang
tak kunjung rapi. Sejak menit-menit tersebut mungkin balok es dan dinding-dinding
pembatas di sekitarku sedikit demi sedikit mencair dan melunak. Mencairkan
suasana kerja kami yang selama ini aku enggan bicara dengan siapapun, dan hanya
menggunakan bahasa isyarat ( tapi beruntungnya walau aku hanya menunjuk ini dan
itu, tanpa banyak penjelasan, dia selalu tau apa yang harus di setting di mesin
ini agar product yang dihasilkan sesuai standart ). Tentu saja dia tau apa yang
harus dilakukan, karena dia jauh lebih lama bekerja disini, serta lebih expert daripada aku yang masih seumuran
jagung. Satu hal lagi yang aku sadari, aku masih bisa di ajak ngobrol dengan
mudah ternyata, jika ada orang yang memulai obrolan lebih dulu tentunya,
walaupun di awal terkesan jutek, pendiam, menyebalkan dan sejenisnya.
Sejujurnya aku cukup supel jika kalian sudah mengenalku. Aku belajar satu hal sederhana
dari Mr. Baby Face ini, dari obrolan super singkat kami sore itu. “Tersenyum
membuat suasana hatimu membaik secara instant”
Sidoarjo, Juli 2013
#latepost #mylife
No comments:
Post a Comment