Minggu ini adalah minggu ke 3 bulan Ramadhan, dan aku masuk shift 2. Masuk shift 2 berarti
masih bisa melakukan banyak hal setelah sahur. Selagi masih rajin-rajinnya aku sedikit bereksperimen di dapur.
Menyiapkan dessert untuk buka puasa nanti sore,hahaha…Ini bukan “dessert”
yang kalian banyangkan seperti di restoran-restoran itu, hanya nutrijell
dan ice cream saja, adikku sudah merequestnya seminggu lalu. Membuat keduanya bukan hal yang rumit, cukup
30 menit berkutat di dapur, selebihnya tinggal memasukkan ke lemari es. Hanya tinggal
menunggu waktu sampai jelly dan ice cream tersebut membeku dengan sendirinya. Aku sengaja
membuatnya dalam porsi yang cukup banyak, dan berniat membawa sebagian ke
pabrik. Apa salahnya berbagi makanan, selagi makanan yang aku bawa tidak
membuat mereka sakit perut. Tentu saja aku hanya membawa jelly ke pabrik tanpa
ice cream, bagaimana pula membawakan ice cream, sebelum sampai di tempat pasti
sudah meleleh duluan. Aku menyiapkan 3 kotak makan masing-masing untuk QC,
Operator PDZ1 dan Operator PDZ2.
Selepas maghrib aku membagikan
ketiga kotak makan tersebut. Untuk mesin
PDZ 1, tentu saja aku serahkan ke leadernya. Siapa lagi kalo bukan mas
Fauzi. Dia sedang sibuk sepertinya, duduk sambil mengamati bagian bawah mesin.
Entahlah apa pula yang dia periksa di kolong mesin itu. Kontan saja dia sedikit
bingung dengan ulahku, karena kotak makan tersebut sengaja aku masukkan ke “plastic bag” product baby diapers.
Mungkin mas Fauzi mengira aku mau complain lagi, tapi beberapa detik berikutnya
raut mukanya sudah berubah, dan tersenyum ramah setelah tau isi plastic itu
adalah makanan.
“Makasih ya mbak”. Itulah kalimat
yang terucap darinya
“Iya sama-sama mas”. Aku
menjawabnya singkat sambil berlalu meninggalkannya. Akulah yang seharusnya
berterima kasih, setidaknya kamu telah bersedia berbagi senyuman itu. Senyum yang
menyenangkan. Senyum yang dapat membuat rasa sebal atau marah berguguran
seketika. Senyum yang sangat mirip dengan senyum “seseorang”.
Di akhir shift mas Fauzi
menghampiriku yang sibuk merapikan product. Dan bertanya satu hal.
“Mbak kotak makannya dibalikin
ta?”
“Ya, iyalah lah mas, kotak
makannya kenapa emang?”
“Hehehe…kebuang ke tempat sampah
mbak, dan sampahnya udah di angkut” dengan polosnya dia menjawab sambil
cengengesan.
“Serius mas? Ya udah sampean cari
dulu aja, mungkin masih ketemu…”
Astaga mas Fauzi ya, bener-bener
deh, seumur umur baru kali ini nih kotak makanku dibuang, bahkan “seseorang” itu pun tak pernah berani
melakukannya.
Besoknya mas Fauzi menghampiriku
dengan sedikit rasa bersalah mungkin…hahaha…padahal aku udah enggak ngambek
lagi. Karena apa? karena hal serupa juga terjadi di PDZ 2. Kotak makanku
terbuang begitu saja. Cowok-cowok ini kadang emang enggak pernah memperhatikan
hal-hal detail dan sepele kayak gini. Karena sudah 2 kotak makanku hilang, ya
mau gimana lagi, diikhlasin sajalah.
“Mbak, serius ilang beneran, udah
aku cari ndak ketemu”
“Hahaha..ya udah mas biarin aja”
“Aku gantiin aja ya?”
“Hahaha..enggak usahlah, untung
cuma kotak makan biasa, bukan tupperware.
Kalo yang kebuang tupperware bisa
bangkrut aku...hehehe..Besok-besok jangan dibuang lagi ya?”
“Besok-besok dibungkus plastic
aja mbak kalo ngasik makanan,hehehe…”
“Aku bungkus pakai popok aja
sekalian mas..hahaha”
Sepenggal cerita ini akan mengisi
sisi lain mesin PDZ yang setiap hari nonstop membuat bising seluruh sudut
pabrik. Melengkapi penggalan-penggalan cerita lain yang akan terus bergulir
seiring berjalannya waktu. Aku hanya berusaha mendeskripsikannya saja dalam
bentuk tulisan, agar tetap ada dan tak dilupakan begitu saja. Dan aku berusaha
menikmati setiap jengkal jalan ceritanya.
Pesen buat mas Fauzi, nanti kalo
udah nikah dan istrinya kamu ngebawain bekal mas, jangan sekali-sekali kotak
makannya dibuang, alamat seminggu kamu enggak dimasakin lagi.. Apalagi kotak
makannya merk Tupperwear…hahahah =P
Sidoarjo, Juli 2013
#latepost
No comments:
Post a Comment