Tuesday, December 23, 2014

Nutrijell dan Kotak Makanku

Minggu ini adalah  minggu ke 3 bulan Ramadhan, dan  aku masuk shift 2. Masuk shift 2 berarti masih bisa melakukan banyak hal setelah sahur. Selagi masih rajin-rajinnya  aku sedikit bereksperimen di dapur. Menyiapkan dessert untuk buka puasa nanti sore,hahaha…Ini bukan  “dessert”  yang kalian banyangkan seperti di restoran-restoran itu, hanya nutrijell dan ice cream saja, adikku sudah merequestnya seminggu lalu.  Membuat keduanya bukan hal yang rumit, cukup 30 menit berkutat di dapur, selebihnya tinggal memasukkan ke lemari es. Hanya tinggal menunggu waktu sampai jelly dan ice cream tersebut  membeku dengan sendirinya. Aku sengaja membuatnya dalam porsi yang cukup banyak, dan berniat membawa sebagian ke pabrik. Apa salahnya berbagi makanan, selagi makanan yang aku bawa tidak membuat mereka sakit perut. Tentu saja aku hanya membawa jelly ke pabrik tanpa ice cream, bagaimana pula membawakan ice cream, sebelum sampai di tempat pasti sudah meleleh duluan. Aku menyiapkan 3 kotak makan masing-masing untuk QC, Operator PDZ1 dan Operator PDZ2.
Selepas maghrib aku membagikan ketiga kotak makan tersebut. Untuk mesin  PDZ 1, tentu saja aku serahkan ke leadernya. Siapa lagi kalo bukan mas Fauzi. Dia sedang sibuk sepertinya, duduk sambil mengamati bagian bawah mesin. Entahlah apa pula yang dia periksa di kolong mesin itu. Kontan saja dia sedikit bingung dengan ulahku, karena kotak makan tersebut  sengaja aku  masukkan ke “plastic bag” product baby diapers. Mungkin mas Fauzi mengira aku mau complain lagi, tapi beberapa detik berikutnya raut mukanya sudah berubah, dan tersenyum ramah setelah tau isi plastic itu adalah makanan.
“Makasih ya mbak”. Itulah kalimat yang terucap darinya
“Iya sama-sama mas”. Aku menjawabnya singkat sambil berlalu meninggalkannya. Akulah yang seharusnya berterima kasih, setidaknya  kamu telah bersedia  berbagi senyuman itu. Senyum yang menyenangkan. Senyum yang dapat membuat rasa sebal atau marah berguguran seketika. Senyum yang sangat mirip dengan senyum “seseorang”.
Di akhir shift mas Fauzi menghampiriku yang sibuk merapikan product. Dan bertanya satu hal.
“Mbak kotak makannya dibalikin ta?”
“Ya, iyalah lah mas, kotak makannya kenapa emang?”
“Hehehe…kebuang ke tempat sampah mbak, dan sampahnya udah di angkut” dengan polosnya dia menjawab sambil cengengesan.
“Serius mas? Ya udah sampean cari dulu aja, mungkin masih ketemu…”
Astaga mas Fauzi ya, bener-bener deh, seumur umur baru kali ini nih kotak makanku dibuang, bahkan “seseorang” itu pun tak pernah berani melakukannya.
Besoknya mas Fauzi menghampiriku dengan sedikit rasa bersalah mungkin…hahaha…padahal aku udah enggak ngambek lagi. Karena apa? karena hal serupa juga terjadi di PDZ 2. Kotak makanku terbuang begitu saja. Cowok-cowok ini kadang emang enggak pernah memperhatikan hal-hal detail dan sepele kayak gini. Karena sudah 2 kotak makanku hilang, ya mau gimana lagi, diikhlasin sajalah.
“Mbak, serius ilang beneran, udah aku cari ndak ketemu”
“Hahaha..ya udah mas biarin aja”
“Aku gantiin aja ya?”
“Hahaha..enggak usahlah, untung cuma kotak makan biasa, bukan tupperware. Kalo yang kebuang tupperware bisa bangkrut aku...hehehe..Besok-besok jangan dibuang lagi ya?”
“Besok-besok dibungkus plastic aja mbak kalo ngasik makanan,hehehe…”
“Aku bungkus pakai popok aja sekalian mas..hahaha”
Sepenggal cerita ini akan mengisi sisi lain mesin PDZ yang setiap hari nonstop membuat bising seluruh sudut pabrik. Melengkapi penggalan-penggalan cerita lain yang akan terus bergulir seiring berjalannya waktu. Aku hanya berusaha mendeskripsikannya saja dalam bentuk tulisan, agar tetap ada dan tak dilupakan begitu saja. Dan aku berusaha menikmati setiap jengkal jalan ceritanya.

Pesen buat mas Fauzi, nanti kalo udah nikah dan istrinya kamu ngebawain bekal mas, jangan sekali-sekali kotak makannya dibuang, alamat seminggu kamu enggak dimasakin lagi.. Apalagi kotak makannya merk Tupperwear…hahahah =P

Sidoarjo, Juli 2013

#latepost

No comments:

Post a Comment