Tuesday, December 23, 2014

Thanks for everything sist…

Aku tau diriku adalah seseorang yang egois, maunya menang sendiri. Tapi kalo mau jujur, aku rela mengalah demi “dia”. Dia yang kau perkenalkan kepadaku 2 tahun silam.  Mungkin dibenaknya tak pernah terbesit untuk memilihku menjadi pendampingnya. Aku sangat jauh dari kriteria seseorang yang dapat menyempurnakan separuh “Dien”.  Aku  rela menggadaikan pekerjaanku demi tak perlu melihat ataupun menerima undangan perhelatan acara sakralnya. Bodoh ya?Sangat bodoh dan gegabah memang.  Aku mati-matian menampik semua prasangka orang-orang di sekitarku, bahwa aku pergi bukan karena pernikahan itu, tapi hati kecilku tak bisa dibohongi. Jujur aku memang tak mau menerima undangan atau bahkan datang ke acara pernikahannya. Tidak datang, berarti selangkah untuk melupakannya. Dan bodohnya lagi aku tak pernah berfikir panjang akan dampaknya, urusan hati ini nampaknya tak akan pernah selesai, bahkan sampai saat bayi mungil dan cantik itu lahir. Bayinya dan perempuan itu tentu saja. Setengah hatiku tetap sakit hati. Maafkan aku sist, aku masih mempunyai perasaan yang sama kepadanya, sama seperti dulu. Aku masih mengaguminya, dan menitikkan air mata saat mengenangnya. Dan  urusan perasaan ini mungkin tak akan pernah selesai, karena dia menorehkan rasa yang teramat dalam. Dan hanya dia satu-satunya pria yang dapat membuatku terpesona, memendam rasa selama ini.



Kadang kala aku menyalahkanmu, kenapa kau membuat kami bertemu, bertatap muka, dan berinteraksi. Tapi ya sudahlah, toh aku sendiri yang terlalu bodoh, terlalu bermain dengan perasaan-perasaanku sendiri, menghibur diri dengan spekulasi-spekulasi, bahkan aku tak bisa membedakan mana yang nyata dan mana yang fana. Satu hal penting yang harus kau tau sist, dia tak pernah tau perasaanku, karena aku tak pernah mengutarakan apapun kepadanya, bahkan aku pergi dengan diam, dan membawa pulang setengah hatiku yang tersisa.

Sidoarjo, 13 Juni 2013


#latepost

No comments:

Post a Comment