Aku tau diriku adalah seseorang yang egois, maunya menang
sendiri. Tapi kalo mau jujur, aku rela mengalah demi “dia”. Dia yang kau
perkenalkan kepadaku 2 tahun silam.
Mungkin dibenaknya tak pernah terbesit untuk memilihku menjadi
pendampingnya. Aku sangat jauh dari kriteria seseorang yang dapat
menyempurnakan separuh “Dien”. Aku rela menggadaikan pekerjaanku demi tak perlu
melihat ataupun menerima undangan perhelatan acara sakralnya. Bodoh ya?Sangat
bodoh dan gegabah memang. Aku
mati-matian menampik semua prasangka orang-orang di sekitarku, bahwa aku pergi
bukan karena pernikahan itu, tapi hati kecilku tak bisa dibohongi. Jujur aku
memang tak mau menerima undangan atau bahkan datang ke acara pernikahannya.
Tidak datang, berarti selangkah untuk melupakannya. Dan bodohnya lagi aku tak
pernah berfikir panjang akan dampaknya, urusan hati ini nampaknya tak akan
pernah selesai, bahkan sampai saat bayi mungil dan cantik itu lahir. Bayinya
dan perempuan itu tentu saja. Setengah hatiku tetap sakit hati. Maafkan aku
sist, aku masih mempunyai perasaan yang sama kepadanya, sama seperti dulu. Aku
masih mengaguminya, dan menitikkan air mata saat mengenangnya. Dan urusan perasaan ini mungkin tak akan pernah
selesai, karena dia menorehkan rasa yang teramat dalam. Dan hanya dia satu-satunya
pria yang dapat membuatku terpesona, memendam rasa selama ini.
Kadang kala aku menyalahkanmu, kenapa kau membuat kami
bertemu, bertatap muka, dan berinteraksi. Tapi ya sudahlah, toh aku sendiri
yang terlalu bodoh, terlalu bermain dengan perasaan-perasaanku sendiri,
menghibur diri dengan spekulasi-spekulasi, bahkan aku tak bisa membedakan mana
yang nyata dan mana yang fana. Satu hal penting yang harus kau tau sist, dia
tak pernah tau perasaanku, karena aku tak pernah mengutarakan apapun kepadanya,
bahkan aku pergi dengan diam, dan membawa pulang setengah hatiku yang tersisa.
Sidoarjo, 13 Juni 2013
#latepost
Sidoarjo, 13 Juni 2013
#latepost
No comments:
Post a Comment