Tuesday, December 23, 2014

Epilog….

Dear Mas Fauzi, Leader Group Red….
Seperti ceritaku di awal buku ini, aku hanya transit sementara disini, aku rasa 4 bulan waktu yang cukup, dan pesawatku mau tak mau harus take off menuju destinasi berikutnya. Dan aku harap itu destinasi yang lebih baik tentunya.
Kamu pikir aku pasti udah gak waras, kurang kerjaan, atau seseorang yang iseng banget, udah jadiin kamu dan orang-orang di pabrik ini obyek tulisanku. Maaf ya…maaf banget…, dimaafin kan ya? Please… =)
Pesenku sederhana aja kok…
Tetaplah tersenyum dengan senyummu yang menyenangkan, dan tetap rajin ya…menjadi leader paling rajin sepabrik. Hehehe….Kamu tau mas, anak buah itu mencerminkan leadernya lho…, kalo leadernya rajin anak buahnya mau gak mau rajin juga pasti. Dan aku selalu menganggapmu adik kecilku yang good looking, rajin, menyenangkan dan baby face. Tetap semangat ya Mas Fauzi..Ganbatte kudasai

Sidoarjo, Agustus 2013

Regards,

Dewi_chan
:: dewi_k46
:: bluehanami.blogspot.com

#latepost

Selecta, The Last Moment Before I Left….

28.08.13

Hari ini perusahaan kami akan mengagendakan acara Tour bersama bagi seluruh karyawan. Semua karyawan wajib berpartisipasi, begitu juga aku. Rasanya enggan sekali ikut serta, bagaimana tidak, tanggal 27 malam aku masih masuk shift 3. Dan paginya harus ikut acara tersebut. Malasnya…pasti ngantuk berat. Tapi aku pikir ini adalah moment terakhirku bersama QC dan karyawan perusahaan ini sebelum aku resign. Jadi aku putuskan tetap berangkat.
Tujuan wisata kami adalah Taman Rekreasi Selecta di Batu, Malang. Batu sudah pasti identik dengan suasana pegunungan yang sejuk dan asri. Begitu juga dengan Selecta, entah kapan aku terakhir mengunjunginya, mungkin saat masih pakai seragam putih merah, saat rambutku masih di kepang dua. Rasanya sudah sangat lama. Saat mengunjungi taman ini, pengunjung akan di suguhi dengan view khas pegunungan, hamparan bukit yang hijau, jalan setapak yang naik turun, taman bunga, serta kolam renang.
Kami berangkat dari pabrik pukul 06.30 dan sampai di lokasi wisata pukul 10.00. Serangkaian acara harus dilalui, sambutan-sambutan, adu yel-yel, games, serta ramah tamah. Tour kali ini memang bertujuan mengakrabkan seluruh karyawan dari semua level dan semua department yang ada. Lepas pukul 14.00 adalah acara bebas, peserta diperbolehkan berjalan-jalan di area lokasi, ada yang berenang, atau hanya berfoto-foto ria di area taman bunga. Seperti yang aku dan teman-teman QC  lakukan. Kami menyusuri jalan setapak. Jepret sana, jepret sini, bermain ayunan. Menertawakan ini dan itu. Atau mengolok-olok mas Gayuh yang sedang berusaha PDKT ke salah satu anak packing. Menikmati bakso di pinggir taman, kami berdelapan duduk satu meja, mengobrol, dan berusaha menikmati kebersamaan ini.  Tapi rasa-rasanya ada 2 orang yang tak nampak batang hidungnya, siapa lagi kalo bukan leader group red dan salah satu membernya, mas Fauzi dan mas Agung. Kemana mereka? Entahlah aku juga tak tau, mungkin mereka punya urusan yang lebih urgent.
Hari ini cukup membawa warna tersendiri buatku. The last moment with them before I left”


Sidoarjo, Agustus 2013


Special Thanks…

Red Team, Yellow Team, All Operator Mesin, QC/QA Crew, Raw Material and W/H Crew, All Operator Packing


Pindah Group itu Menyenangkan, Tapi……

Selepas Lebaran ada kabar gembira yang menyambutku, Apa itu? pindah group, tak perlu di jelaskan panjang lebar, kenapa hal ini bisa membuatku amat sangat gembira..Pindah Group bisa berarti banyak, 75% happy, 25% little sad. Happy, tak perlu lagi bersitatap dengan “miss” itu, hal ini akan berimbas besar, karena suasana kerja pasti lebih menyenangkan dan membuatku lebih ceria daripada sebelumnya...hehehe…=) . Little sad, secara tidak langsung kehilangan senyum yang menyenangkan itu. Smile from Mr. Baby Face. 

Sidoarjo, Agustus 2013

#latepost #mystory

Shift Terakhir Bersama Red

Hari itu, minggu terakhir kami bekerja sebelum libur lebaran. Kami masuk shift 1 lagi. Dan pagi  yang sibuk itu sudah diawali dengan mesin yang berantakan, mulai masalah stacker yang sering error, product yang bocor . Entahlah kenapa mesin PDZ 1 rewel sekali pagi ini, mesin yang bising menderu ini tak henti-hentinya memuntahkan product,  kontan saja hal tersebut menyibukkan banyak orang, baik operator produksi, maintenance, packing,  bahkan QC. Alamak benar-benar uji kesabaran. Berbeda dengan saudara sepabrikannya mesin PDZ 2 yang cenderung bersikap manis, tak banyak ulah, dan berjalan lancar. Lima menit berkutat dengan masalah stacker yang sering reject – reject cukuplah membuat kami berolahraga dan bermandikan peluh pagi itu. Jangan ditanya bagaimana kondisi area mesin PDZ 1 saat itu. Sudah pasti full dengan belasan kantong plastic popok. Kalau kalian saat masih kecil dulu sering bermain “mandi  bola” ditaman  hiburan, bisa jadi dengan banyaknya  popok yang berserakan saat itu  kalian juga bisa berenang dilautan baby diapers alias popok bayi. Sah-sah sajakan sedikit membayangkan kejadian lucu ditengah pagi yang menyebalkan ini. Sebagai leader mas Fauzi akhirnya mengeksekusi mesin ini, mematikannya, dan mencari sumber masalah dari semua kekacauan itu. Kenapa enggak dari tadi aja dimatiin, mas?
Setelah kondisi mesin sudah relatif stabil dan mengobati sumber penyakitnya. Kami membereskan sisa-sisa kekacauan yang tertinggal, merapikan product, dan packing ulang. Berdiri berhadapan hanya di pisahkan meja stainless kami mengobrol ringan, sambil memasukkan product ke plastic bag size M20. Ini obrolan pertama kami pagi ini, karena sejak tadi dia hanya memasang tampang serius. Dan aku berinisiatif memulai obrolan.
“Pagi-pagi, sampean sudah ngajakin olahraga ya mas?hahaha…”
“Hahaha…iya mbak, aku enggak sahur pula tadi pagi, luwe wes malihan . Larutan merah di mejanya sampean, sawangane seger ya?
“Mokel aja sudah mas, udah aku siapin sirup merah seteko lo di meja, tinggal di tambahin gula aja plus es batu. Hahaha…”
Begitulah kurang lebih suasana pagi yang sibuk itu. Sepenggal cerita lagi, sepotong obrolan kami.

 Sidoarjo, Agustus 2013

#latepost



Teko mesin PDZ 1….

Tahun ini adalah tahun pertamaku menjalankan ibadah puasa di pabrik baru, di Sidoarjo. Dimana tahun kemarin aku menjalankan bulan penuh berkah ini di Pasuruan, yang notabene cukup jauh dari rumah.
Tempat baru, atmosfir baru. Berbeda saat aku masih bekerja di Pasuruan dengan system kerja non shift. Disini aku harus bekerja shift. Dan hari ini hari pertama puasa, hari pertama shift 1 yang akan aku lalui. Di pabrik ini ada 3 kali shift time . Shift 1 (07.00 ~ 15.00), Shift 2 (15.00 ~ 23.00), dan Shift 3 (23.00 ~ 07.00). Bisa kalian bayangkan bekerja di line produksi, di depan mesin yang bising menderu, serta panas bermandikan peluh dan sebagai seorang muslim wajib menjalankan ibadah puasa, rasa haus yang mencekik kerongkogan menjadikan puasa kali ini ujian yang cukup berat. Pun demikian dengan semua member dari team Teknisi Produksi  mesin  PDZ 1 sebut saja Mas Fauzi, Mas Agung, Mas Ajib, dan Mas Bambang. Mereka harus bertahan menahan dahaga dan panas selama menjalankan kewajiban mereka.
Aku akan sedikit menceritakan sepotong kekonyolan yang mereka lakukan di depan mesin PDZ 1 ini. Kenapa mesin ini di namai PDZ ?. Entahlah, aku juga tak tau ,dari Jepang sudah diberi nama seperti itu mungkin. Lagipula mesin ini sudah berdiri disini sebelum aku join di pabrik ini. Mesin ini menjalankan fungsinya 24 jam sehari, 7 hari seminggu, nonstop untuk memproduksi baby diapers jenis pantz . Mesin ini pula yang menjadi saksi bisu kejadian lucu, konyol, menyenangkan, serta menyebalkan dari sebagian besar karyawan disini. Atau bahkan ada pula cinta yang bersemi di depan mesin ini. Banyak cinlok yang bermunculan bak jamur dimusim hujan, anak QC jadian dengan anak Maintenance, anak Packing dengan anak WareHouse, atau anak QC dengan anak Teknisi Produksi. Hahaha…..kalo dibuat judul FTV “Cintaku nyangkut d PDZ 1” lucu kali ya. Dalam pepatah jawa bilang “witing tresno jalaran soko nggelibet” masih berlaku ternyata.
Siang yang cukup panas dan bikin gerah itu, aku sedikit terheran dan bertanya dalam hati “Dimana ya teko tempat larutan yang biasanya aku pakai untuk mengecheck kebocoran cuff?, kok mendadak ngilang?”.
Beberapa detik kemudian Mas Agung datang menghampiri meja yang biasa aku pakai dengan membawa “teko” yang aku cari, dan ternyata larutan dalam teko itu sudah berganti dengan air dingin dari dispenser. Aku hanya terheran menatap tingkah mas yang satu ini. Ngapain pula siang-siang puasaan gini bawa bawa teko?
“Ngapain mas?Mokel ya?Ngapain pula bawa-bawa air?pengen minum?”
Spontan aku melontarkan pertanyaan itu sambil tersenyum melihat polahnya.
“Hahaha….Enggak mokel, cuma pinjem tekonya buat ngambil air”
Dia tertawa begitu saja
“Air buat diminum mas?”.
Tanpa panjang lebar menjawab pertanyaanku, dia melakukan hal konyol itu, mencelupkan tangannya kedalam teko dan nyengir sedetik berikutnya.
“Haha,,,dingin,,,seger,,,” itulah kata yang terucap darinya sambil menepuk2 tengkuk dan tangannya dengan air dingin tersebut.
Hahahaah….Astaga ini orang ada ada aja kelakuannya, enggak inget umur apa?, sama banget seperti adikku saat masih berumur 5 tahun, kalo lagi kepanasan waktu puasaan gini. Pulang sekolah langsung lari ke kamar mandi, bingung buat nyebur bak mandi dan main air sesukanya, untung aja gak nyebur sumur sekalian.
“Ngapain dek? mau minum air se’bak’?”hahaha…
”Ya enggak lah mbak, cuma ngadem bentar kok, enggak boleh apa?
“Ya boleh sih, kenapa gak masuk kulkas sekalian aja?”hahaha..
“Mana cukup kulkasnya aku masukin”
Itulah sepenggal cerita masa kecil yang serupa dengan sepotong kejadian siang itu.
Astaga..kejadian konyol didepan mesin itu pun berlanjut, dasar…emang Mas Agung nih pelopornya, dan diikutin sama yang lain juga, secara bergantian Mas Fauzi, Mas Ajib dan Mas Bambang melakukan hal yang sama, malahan mengompres dahi dan wajah mereka dengan air dingin itu.
Aku cuma bisa tertawa sambil menepuk dahi menonton kejadian itu, ternyata orang dewasa seumuran mereka masih sering melakukan hal-hal  konyol layaknya kelakuan anak TK.
Hahaha…Biarlah…kejadiaan ini akan menjadi potongan lucu dan menggelikan jika diceritakan kembali, menjadi hiburan tersendiri buatku. Menjadikan potongan-potongan puzzle di depan mesin PDZ 1 ini lengkap. Memberikan warna tersendiri di siang hari yang terik itu.


Sidoarjo, Juli 2013

#latepost

Nutrijell dan Kotak Makanku

Minggu ini adalah  minggu ke 3 bulan Ramadhan, dan  aku masuk shift 2. Masuk shift 2 berarti masih bisa melakukan banyak hal setelah sahur. Selagi masih rajin-rajinnya  aku sedikit bereksperimen di dapur. Menyiapkan dessert untuk buka puasa nanti sore,hahaha…Ini bukan  “dessert”  yang kalian banyangkan seperti di restoran-restoran itu, hanya nutrijell dan ice cream saja, adikku sudah merequestnya seminggu lalu.  Membuat keduanya bukan hal yang rumit, cukup 30 menit berkutat di dapur, selebihnya tinggal memasukkan ke lemari es. Hanya tinggal menunggu waktu sampai jelly dan ice cream tersebut  membeku dengan sendirinya. Aku sengaja membuatnya dalam porsi yang cukup banyak, dan berniat membawa sebagian ke pabrik. Apa salahnya berbagi makanan, selagi makanan yang aku bawa tidak membuat mereka sakit perut. Tentu saja aku hanya membawa jelly ke pabrik tanpa ice cream, bagaimana pula membawakan ice cream, sebelum sampai di tempat pasti sudah meleleh duluan. Aku menyiapkan 3 kotak makan masing-masing untuk QC, Operator PDZ1 dan Operator PDZ2.
Selepas maghrib aku membagikan ketiga kotak makan tersebut. Untuk mesin  PDZ 1, tentu saja aku serahkan ke leadernya. Siapa lagi kalo bukan mas Fauzi. Dia sedang sibuk sepertinya, duduk sambil mengamati bagian bawah mesin. Entahlah apa pula yang dia periksa di kolong mesin itu. Kontan saja dia sedikit bingung dengan ulahku, karena kotak makan tersebut  sengaja aku  masukkan ke “plastic bag” product baby diapers. Mungkin mas Fauzi mengira aku mau complain lagi, tapi beberapa detik berikutnya raut mukanya sudah berubah, dan tersenyum ramah setelah tau isi plastic itu adalah makanan.
“Makasih ya mbak”. Itulah kalimat yang terucap darinya
“Iya sama-sama mas”. Aku menjawabnya singkat sambil berlalu meninggalkannya. Akulah yang seharusnya berterima kasih, setidaknya  kamu telah bersedia  berbagi senyuman itu. Senyum yang menyenangkan. Senyum yang dapat membuat rasa sebal atau marah berguguran seketika. Senyum yang sangat mirip dengan senyum “seseorang”.
Di akhir shift mas Fauzi menghampiriku yang sibuk merapikan product. Dan bertanya satu hal.
“Mbak kotak makannya dibalikin ta?”
“Ya, iyalah lah mas, kotak makannya kenapa emang?”
“Hehehe…kebuang ke tempat sampah mbak, dan sampahnya udah di angkut” dengan polosnya dia menjawab sambil cengengesan.
“Serius mas? Ya udah sampean cari dulu aja, mungkin masih ketemu…”
Astaga mas Fauzi ya, bener-bener deh, seumur umur baru kali ini nih kotak makanku dibuang, bahkan “seseorang” itu pun tak pernah berani melakukannya.
Besoknya mas Fauzi menghampiriku dengan sedikit rasa bersalah mungkin…hahaha…padahal aku udah enggak ngambek lagi. Karena apa? karena hal serupa juga terjadi di PDZ 2. Kotak makanku terbuang begitu saja. Cowok-cowok ini kadang emang enggak pernah memperhatikan hal-hal detail dan sepele kayak gini. Karena sudah 2 kotak makanku hilang, ya mau gimana lagi, diikhlasin sajalah.
“Mbak, serius ilang beneran, udah aku cari ndak ketemu”
“Hahaha..ya udah mas biarin aja”
“Aku gantiin aja ya?”
“Hahaha..enggak usahlah, untung cuma kotak makan biasa, bukan tupperware. Kalo yang kebuang tupperware bisa bangkrut aku...hehehe..Besok-besok jangan dibuang lagi ya?”
“Besok-besok dibungkus plastic aja mbak kalo ngasik makanan,hehehe…”
“Aku bungkus pakai popok aja sekalian mas..hahaha”
Sepenggal cerita ini akan mengisi sisi lain mesin PDZ yang setiap hari nonstop membuat bising seluruh sudut pabrik. Melengkapi penggalan-penggalan cerita lain yang akan terus bergulir seiring berjalannya waktu. Aku hanya berusaha mendeskripsikannya saja dalam bentuk tulisan, agar tetap ada dan tak dilupakan begitu saja. Dan aku berusaha menikmati setiap jengkal jalan ceritanya.

Pesen buat mas Fauzi, nanti kalo udah nikah dan istrinya kamu ngebawain bekal mas, jangan sekali-sekali kotak makannya dibuang, alamat seminggu kamu enggak dimasakin lagi.. Apalagi kotak makannya merk Tupperwear…hahahah =P

Sidoarjo, Juli 2013

#latepost

Cintaku Nyangkut di PDZ

Karena keisengan penulis saja akhirnya  release juga cerita ini, judul yang sedikit menggelikan memang, tapi peduli amat, yang nulis aku kok, ya terserah aku mau ngasik judul  apaan . “ Cintaku Nyangkut di PDZ”. Sekilas seperti  judul film-film FTV, tapi beda setting lokasi, kalau biasanya film-film FTV lebih sering bersetting di Bali, Lombok, atau Yogya, sedikit berbeda dengan cerita yang satu  ini.
Perasaan – perasaan itu memang sering kali muncul tanpa kita sadari, tanpa pernah bisa kita antisipasi kapan dia akan datang, dia bisa muncul kapan saja, dimana saja, bahkan bisa semakin tumbuh subur, walaupun sudah dengan sekuat tenaga kita menyangkalnya, atau bahkan memangkas habis tunas-tunas kecilnya. Hebat sekali benda yang bernama perasaan ini, dia bisa membuat harimu cerah ceria, walaupun dunia sedang gelap gulita. Atau bahkan sebaliknya, dia bisa membuat hatimu muram sepanjang hari, walaupun dunia sedang terang benderang.
Aku hanya ingin kembali menceritakan potongan kecil cerita tentang perasaan-perasaan yang bermunculan di depan mesin ini. Mesin PDZ. Beberapa bulan terakhir aku memang sedang hobby mengamati tingkah laku orang-orang disekitarku, gesture mereka, cara mereka berkomunikasi, dan mencoba mendeskripsikannya, semampuku.  Sampai suatu pagi mataku menangkap sepenggal kejadian itu. Kejadian yang membuat aku sebagai penonton hanya bisa tersenyum saat menyaksikannya. Sebut saja mereka adalah Mas Ajib dan Mbak Age. Mas Ajib, supervisor mesin PDZ 2, seorang pria dengan kisaran umur 27 tahun, dan berkulit sawo matang. Mbak Age, operator packing, seorang cewek berhijab dengan umur 20 tahunan, bertubuh imut, mungil, manis, dan berparas cantik, kesan baby face pasti langsung terlintas saat kalian melihatnya. 
Saat itu aku sedang berdiri terpekur disana, di depan tempat reject splicing, memekan-nekan tombol di layar panel PLC, mengambil beberapa product, dan mengecheknya secara visual. Tanpa sadar saat aku mengalihkan pandangan ke arah stacker, Mas Ajib sedang berdiri di depan stacker tersebut, dengan wajah yang sumringah, senyum yang ganjil, mata yang berbinar, dan dengan sedikit menggunakan bahasa isyarat, tampaknya dia sedang berkomunikasi dengan seseorang di ujung sana. Entahlah sedang mengobrol dengan siapa dia. Memangnya dengan suara super bising seperti ini, obrolan mereka bisa nyambung satu sama lain?. Hampir 15 menit berlalu, tapi cowok satu ini juga tak bergeser sejengkalpun dari posisi berdirinya semula. Aku hanya penasaran, siapa sih sosok di ujung sana yang mampu membuatnya betah berdiri lama-lama di depan mesin ini?. Aku sedikit berjinjit  dari  tempatku berdiri, dan sedetik itu pula aku bisa menyimpulkan apa yang sedang terjadi. Ternyata diujung sana ada sesosok cewek yang juga sama-sama tersenyum malu-malu. Tatapan mata mereka tak pernah bisa menyembunyikan rasa itu, saling bertukar senyum, walaupun dibatasi partisi fiber glass, suara bising mesin, tak akan menjadi penghalang apapun bagi keduanya. Kalian tau, perasaan itu muncul dari hati, dan mengalir bersama denyut nadi, dan perlahan sampai ke mata, membuat kedua bola mata kita lebih bercahaya dan berbinar cerah. Dan perkataan orang-orang itu selalu benar, mulut mungkin bisa berbohong, tapi tatapan mata tak pernah bisa menyembunyikannya, karena mata adalah refleksi hati kita. Apalagi untuk mereka yang sedang di hinggapi perasaan jatuh cinta, tanpa perlu banyak komunikasi secara verbal, cukup hanya dengan tatapan mata, seorang pasangan mampu mendeskripsikan kalimat yang akan dilontarkan pasangannya, seperti ada telepati dan koneksi saat mereka melakukan eye contact. Benar-benar menakjubkan. Sebuah kejadian sederhana yang  membuatku tersenyum saat menyaksikannya dan sekaligus mengingatkanku dengan moment “itu”. Momentku dengan seseorang di kantor lama.
Rasanya masih tergambar dengan jelas senyum kami saat itu, di meeting room saat meeting internal departement. Mr. Itaya memang selalu mengajak semua staffnya melakukan internal meeting antar departement yang di pimpinnya, QC, Engineering, dan Development setiap akhir bulan untuk melaporkan progress dari masing-masing department. Itu sudah menjadi agenda rutin kami, meeting internal itu juga sebagai sarana untuk mengakrabkan semua staff dari 3 departement yang berdeda. Saat itu aku, staff Enggineering dan seseorang itu, staff Development. Aku dan dia duduk agak berjauhan memang, dipisahkan meja panjang, tapi tentu saja dengan posisi duduk kami saat itu, dengan leluasa kami bisa saling bersitatap satu sama lain. Astaga, entahlah apa yang membuat kami beradu pandang, saling melempar senyum, dan sama-sama tersipu. Eye contact yang tidak lebih dari 3 detik itu, mampu membuatku ceria sepanjang hari, sepanjang malam. It’s the best moment that  I had. Bahkan setelahnya, kami mampu saling menemukan sosok satu sama lain meskipun dalam radius jarak yang cukup jauh. Tapi endingnya tak pernah sesuai harapanku. Ada hal-hal rumit yang tak pernah mampu dia jelaskan dan membuatku sempurna menghilang darinya 4 bulan yang lalu. Membawa pulang kembali setengah hatiku dan meninggalkan setengahnya di development room.  
            Alih-alih menceritakan moment antara mas Ajib dan mbak Age, aku malah mencungkil sendiri kenangan masa lalu itu. Aku hanya berharap perasaan yang muncul diantara mereka dapat tumbuh dan terawat dengan baik. Happy ending and happily ever after. Tak hanya Mas Ajib dan Mbak Age yang mengalami fase cinlok di depan mesin ini. Tapi juga Mbak Ulfa dan Mas Aris, mereka bahkan meminjam meja yang biasa aku pakai untuk menimbang berat product untuk berbincang-bincang seru. Dan menyisakan aku sebagai penonton. Hahaha…sudahlah biarkan, namanya juga orang yang lagi falling in love, serasa dunia milik berdua yang lain numpang. Dan masih banyak cinlok-cinlok lain yang bertunas, dan bertumbuh disini. Di depan mesin ini. Mesin PDZ.


Sidoarjo, Juli 2013

Note : Bulan lalu, tepatnya November 2014 Mas Ajib secara resmi melamar Age..turut berbahagia untuk kalian, semoga dilancarkan acaranya.


#latepost

Mr. Baby Face dan Obrolan Super Singkat Kami

25.07.2013

Fauzi…..Ahmad Fauzi…yah itulah nama lengkapnya, dan baru kemarin sore dia melontarkan sebuah pertanyaan padaku untuk yang pertama kalinya sejak kami satu team, dia Teknisi Produksi atau lebih familiar disebut Operator Produksi dan aku QC staff di perusahaan ini.
Astaga manis sekali senyumnya, senyum yang sangat mengingatkan aku akan seseorang dari kantor lama…secara personality Fauzi seorang yang pendiam, rajin, malah teramat rajin kalo di bandingkan dengan member lain Teknisi Produksi di team kami (Red Team), tentu saja dia rajin karena dia leader di team tersebut. Seorang leader yang mempunyai tanggung jawab lebih terhadap member serta mesin yang di handle nya
“Mbak dari jurusan apa?”,
Itu pertanyaan yang terlontar darinya sore itu.
“Hah?”
Aku mendongak serta sedikit mencondongkan diriku untuk mendengar lebih jelas pertanyaan barusan, saat itu kami memang sedang berdiri di depan mesin, suara bising yang menderu samar-samar menenggelamkan pertanyaannya.
“ Oh Teknik Kimia, Mas”
“Kok enggak di lab aja mbk?”
“Hahaha..enggak tau mas lagi di tugasin di Line Produksi”
Aku hanya membatin, kalo aku bisa memilih, ya mending di lab ajalah dingin, enggak perlu panas panasan dan bermandikan peluh kayak begini. Yang bikin kuyu, dan kucel.
“Darimana mb?”
“ITS”,
Aku menjawabnya cepat dan dia tersenyum lebih manis dari sebelumnya..Oh my God seandainya masih ada ruang kosong di hati atau aku masih anak ingusan yang baru lulus SMA kemarin, sedetik itu pula aku bisa jatuh hati. Hahaha…stupid memang, tapi berhubung aku sudah bukan ABG lagi, aku hanya membalas nya dengan senyuman ringan. Seringan fluff (salah satu material yang digunakan dalam industri diapers) tidak lebih tidak kurang.
“Sampean lulusan mana lo mas?”
Itu pertanyaan balik yang aku lontarkan…Kalian tau, hampir aku tak pernah menanyakan hal-hal pribadi  apapun ke orang-orang di pabrik ini sejak aku resmi bekerja di sini 3 bulan lalu. Siapa nama mereka, rumahnya dimana, dari jurusan apa, ato bla..bla..bla pertanyaan basa basi lain. Karena apa? Alasan standart, aku sudah bertekad tidak menggunakan feeling apapun saat bekerja disini. Pabrik ini hanya tempat transit sementara, tempat baru untuk menyembuhkan diri, berdamai dengan perasaan-perasaan itu, berdamai dengan seseorang dari kantor lama. Pilihan obat yang buruk memang, Ya tapi inilah pilihan yang  telah aku ambil dengan segala konsekuensinya. Aku berubah menjadi sosok yang pendiam, setengah robot, hanya mengangguk jika “iya”, dan menggeleng jika “tidak”. Rutinitas yang cukup menjengahkan. Bekerja 8 jam sehari, pulang kerumah, dan berangkat lagi keesokan harinya. Bekerja tanpa hati, hanya gugur kewajiban saja, melaksanakan kewajiban sesuai jobdesk, selebihnya nonsense.
“Aku juga dari ITS, jurusan Teknik Mesin, Mesin Kapal tapi mbak”,
Dia menjawab pertanyaanku sambil merapikan product yang berceceran di depan kami.
Mbak, dia selalu memanggilku seperti itu, agar terlihat lebih menghargaiku mungkin, atau memang dia lebih muda dari aku, secara dia baby face. Entahlah. Siapa pula  yang peduli dia mau memanggilku seperti apa. Toh aku juga tidak memusingkan hal ini.
“Oh ya? Ternyata kita satu “padepokan” dong?Baru nyadar sekarang ya mas?Teknik Mesin Kapal? Lulusan Teknik Mesin Kapal kok nyasar ke Pabrik Baby Diapers? Bisa nggak mesin di pabrik ini di buat ngambang di air?”…
“Hahaha”…..dia tertawa lebih renyah.

Itu lah joke yang meluncur begitu saja dari ucapanku..tak menyadarinya ternyata aku masih bisa nyeletuk seperti ini, sedikit  me “rileks” kan otot muka yang sedari tadi cemberut menatap product yang tak kunjung rapi. Sejak menit-menit tersebut mungkin balok es dan dinding-dinding pembatas di sekitarku sedikit demi sedikit mencair dan melunak. Mencairkan suasana kerja kami yang selama ini aku enggan bicara dengan siapapun, dan hanya menggunakan bahasa isyarat ( tapi beruntungnya walau aku hanya menunjuk ini dan itu, tanpa banyak penjelasan, dia selalu tau apa yang harus di setting di mesin ini agar product yang dihasilkan sesuai standart ). Tentu saja dia tau apa yang harus dilakukan, karena dia jauh lebih lama bekerja disini, serta lebih expert daripada aku yang masih seumuran jagung. Satu hal lagi yang aku sadari, aku masih bisa di ajak ngobrol dengan mudah ternyata, jika ada orang yang memulai obrolan lebih dulu tentunya, walaupun di awal terkesan jutek, pendiam, menyebalkan dan sejenisnya. Sejujurnya aku cukup supel jika kalian sudah mengenalku. Aku belajar satu hal sederhana dari Mr. Baby Face ini, dari obrolan super singkat kami sore itu. “Tersenyum membuat suasana hatimu membaik secara instant”

Sidoarjo, Juli 2013

#latepost #mylife

Sebuah Prolog…..

Aku mungkin tak pernah bisa mengutarakannya panjang lebar, tapi aku bisa menuliskan  apa yang aku rasa, dan merangkainya menjadi sebuah  kalimat. “Karena apa yang terucap kadang dapat terlupakan, tapi apa yang tertulis akan tetap abadi”. Ini hanya potongan-potongan kecil puzzle yang berusaha aku rangkai, saat aku mulai menjejakkan kaki di perusahaan ini, dan berinteraksi dengan orang-orang di dalamnya. Semoga kamu suka ya… Dan maaf jika ada kesamaan tokoh dalam  cerita ini, itu hanya deskripsi imajinatif penulis saja, serta keisengannya. Harap dimaklumi, dan ini semua tidak bermaksud menyinggung perasaan siapapun. Kalo sempet di baca ya…

Kenapa aku menyerahkan scrapbook ini ke kamu?. Karena kebetulan tokoh awal di dalem buku ini kamu mas Fauzi, jadinya sampai juga deh scrapbook ini ke tangan kamu. Selamat membaca…


Sidoarjo, Agustus 2013

#latepost

For My Little Brother

Dek, kamu adalah adek laki-laki satu-satunnya yang aku punya
Kamu adalah anak laki-laki satu-satunya yang dipunyai Ibu sama Bapak
Buatlah mereka bangga atas dirimu,
Banyak yang telah mereka korbankan buat kita, anak-anaknya
Yang tak bisa tergantikan oleh apapun
At least buatlah mereka tersenyum atas prestasimu
Bapak mungkin sosok ayah yang sulit untuk dipahami oleh kita
Tapi yakinlah, harimau tidak akan pernah memakan anaknya sendiri
Bapak juga pasti amat sayang sama anak-anaknya, aku dan kamu
Cara mengekspresikan rasa sayang itu mungkin yang sedikit berbeda
Walaupun dengan nada tinggi, tapi itu semua juga buat kebaikan kita.

Berbeda dengan Ibu yang super sabar, lembut, dan “nerimo”.
SuperMom in the world, She is my everything.
Tanpa mereka berdua kita bukan siapa-siapa saat ini.

Belajarlah untuk memahami hal ini, mereka pasti sangat berharap besar padamu
Yakinlah kelak semua akan menjadi lebih baik, dengan doa dan ikhtiar
Pendidikan adalah elevator sosial dalam menaikkan level seseorang
Orang yang berilmu akan mampu membawa kebaikan untuk orang-orang disekitarnya
Ini bukan soal gelar atau apalah namanya,
Tapi setidaknya orang yang berilmu akan punya tempat istimewa
Lingkungan juga sedikit banyak akan mempengaruhi pola pikir seseorang
Kalo pingin pinter, ya pinterkan orang lain,
Bergaulah dengan orang-orang pintar yang punya mimpi jelas
Jangan bergaul dengan orang yang tak punya mimpi

Dan wujudkan mimpi itu dengan usaha, kerjakeras, sedekah, serta doa

*please touch with your heart*

Surabaya, Juni 2013

#latepost 

My Heart and My Feel

Sedikit banyak aku telah berdamai dengan hatiku
Dengan urusan-urusan perasaan itu
Belajar menerima dengan pemahaman-pemahaman yang  baru
Menyederhanakannya semampuku

Empat bulan sudah aku sempurna menghilang darimu
Entah kapan kita dapat  kembali bertemu

Hanya waktu yang selalu berbaik hati untuk megobati kesedihan hatiku.

Surabaya, 13 Juli 2013

#latepost #surabaya

Different Place, Different Feel

Selalu ada cerita yang berbeda saat kita menjejakkan kaki di suatu tempat
Different place, Different feel
Berusaha meng”compare” new place dengan old place
Mungkin itu pula yang aku lakukan saat ini
Tempat  baru dan feeling yang berbeda
Setiap dari kita pasti pernah melakukannya bukan?
Berusaha membanding bandingkan apa yang sudah ada ditangan
Tetap merasa kurang dengan apa yang telah didapat
Itulah manusia, sangat jauh dari rasa puas
Terkadang rumput tetangga akan selalu tampak lebih hijau daripada rumput di halaman sendiri.
Padahal  kalau halaman yang tidak cukup luas ini dirawat dengan baik
Pasti akan berbunga dan berbuah lebih manis daripada milik tetangga sebelah.
Tergantung dari kita bagaimana usaha untuk melihat setiap permasalahan yang muncul

Dengan kacamata yang berbeda, pemahaman yang berbeda, dan pengertian – pengertian yang baru.

#latepost #21juli2014 #surabaya

Refresh and Flash Back

Surabaya, 24 Desember 2014



Astaga rasanya blog ini sudah lama tak diurus pemiliknya(tunjuk muka sendiri),sampek berjamur gini...hahaha. Dalih sibuk banyak kerjaan selalu jadi kambing hitam (kasian amat nih kambing, disalah salahin, padahal gak tau apa-apa). Pdahal aslinya, lagi males nulis...hahaha

Ok, Today is last day at this year as working day (hahaha..bo'ong banget...mimpi aku aja tuh). Padahal libur cuma besok doang, selebihnya masuk seperti biasa, padahal tetangga sebelah libur panjang sampek tanggal 5 Januari lho...

Banyak banget kejadian seru, sebel, tangis, cinta, dan tawa yang mewarnai 2014. Rasanya nano-nano deh, campur aduk kagak jelas. Karena keterbatasan ingatan penulis (sorry..agak lola akhir-akhir ini), rasanya kalau kembali dituliskan masih ada beberapa kepingan puzzle yang tak lengkap, tapi tak apalah, mencoba menghibur diri, menghabiskan waktu diakhir tahun ini dengan mereview dan menuliskan kejadian di tahun ini agar membuat tahun depan menjadi lebih baik.

Sedikit banyak memposting tulisan lama yang masih tersimpan rapi di folder-folder laptop. Membaca ulang tumbukan buku-buku dilemari, semoga menjadi aktifitas yang cukup menyenangkan. I hope so...

Biasanya setiap akhir tahun, saat sahabat karibku masih di Indonesia, kami selalu punya planning menghabiskan akhir tahun bersama. Yah apa daya setelah dia melanjutkan studi S2nya di Taiwan, kami punya schedule yang berbeda, ditempat berbeda, dan menghabiskan akhir tahun dengan orang yang berbeda pula.

Tahun lalu (Desember 2013) tanpa sahabat karibku tau, aku masih bisa menikmati akhir tahun dengan "orang baru" dan "sebongkah hati baru". Pergi ke Kebun Teh Wonosari - Malang, menikmati hijau dan rimbunnya pepohonan. Aku bisa merasa nyaman didekatnya, karena mungkin usia kami yang terpaut 6 tahun, "dia" dapat berperan sebagai kakak yang baik buatku, lebih banyak mengalah walaupun sudah sering aku cerewetin setiap saat. Hati cewek mana sih yang tak luluh, saat diberi perhatian dan merasa menjadi orang special. Lamat laun bunga dihatiku bersemi.Tapi suatu kejadian besar membuat hubungan kami berakhir dipenghujung Agustus 2014. Dan diakhir Desember ini, aku kembali menikmati hidupku tanpanya. Menenggelamkan diriku dalam kesibukan, dan tetap menatapnya dari sudut jendela. Aku harap dia tetap baik-baik saja tanpa aku didekatnya. Ups, ujung-ujungnya curhat lagi nih ye....


Sepotong Rindu

Kenapa aku begitu terluka dan  kecewa?…Entahlah, atau hanya perasaan ini saja yang terlalu berlebihan?
Jauh disudut hatiku, masih menyimpan rindu…
Aku merasa akan baik-baik saja setelah semua ini, tapi ternyata aku masih menunggumu, mengingat bersama kenangan kita. Tak bisa dipungkiri, kita sempat berbagi dunia dan harapan yang sama. Tentang cinta, tentang masa depan. Apa yang terjadi pada diriku? Meratapimu seseorang yang tak lagi memikirkanku. Sampai kapan aku bisa menghindarinya, dengan menyembunyikan luka? Aku pun tak tau.
Saat sendiri berlalu, kebersamaan itu menelisik rindu.
 ====================================================================
Semua ini tak berujung , dan tak akan pernah selesai sebelum kita duduk saling berhadapan. Rasa kecewa itu tetap ada. Bagaimana aku tetap bisa menegakkan kepala dan tersenyum riang kepadamu? Setelah hilang kepercayaan itu.   Masih ada sebongkah batu besar yang mengganjal dihatiku. Dan hanya waktu yang mampu mengikisnya secara perlahan.
Apa aku yang terlalu egois? Hanya mementingkan diriku sendiri? Atau kamu yang tak bisa memahamiku?
Terlalu banyak tanya yang terlintas,
Maaf jika aku bersikap seperti ini, Entah sampai kapan kebekuan hati ini mencair? Tak sedikitkah terlintas tentang aku sekarang dihatimu?
Tak ada lagi senyum ceriamu di pagi hariku.

Apa dengan berlari semua bisa terlupakan? Apa bisa semua urusan hati ini dikembalikan seperti semula? Kalau saja hati ini bisa seperti smartphone, saat tekan “factory reset” semua bisa kembali seperti semula, pasti tak akan sulit bagiku menghapus semua memori itu.

Surabaya, 23 Desember 2014

Thanks for everything sist…

Aku tau diriku adalah seseorang yang egois, maunya menang sendiri. Tapi kalo mau jujur, aku rela mengalah demi “dia”. Dia yang kau perkenalkan kepadaku 2 tahun silam.  Mungkin dibenaknya tak pernah terbesit untuk memilihku menjadi pendampingnya. Aku sangat jauh dari kriteria seseorang yang dapat menyempurnakan separuh “Dien”.  Aku  rela menggadaikan pekerjaanku demi tak perlu melihat ataupun menerima undangan perhelatan acara sakralnya. Bodoh ya?Sangat bodoh dan gegabah memang.  Aku mati-matian menampik semua prasangka orang-orang di sekitarku, bahwa aku pergi bukan karena pernikahan itu, tapi hati kecilku tak bisa dibohongi. Jujur aku memang tak mau menerima undangan atau bahkan datang ke acara pernikahannya. Tidak datang, berarti selangkah untuk melupakannya. Dan bodohnya lagi aku tak pernah berfikir panjang akan dampaknya, urusan hati ini nampaknya tak akan pernah selesai, bahkan sampai saat bayi mungil dan cantik itu lahir. Bayinya dan perempuan itu tentu saja. Setengah hatiku tetap sakit hati. Maafkan aku sist, aku masih mempunyai perasaan yang sama kepadanya, sama seperti dulu. Aku masih mengaguminya, dan menitikkan air mata saat mengenangnya. Dan  urusan perasaan ini mungkin tak akan pernah selesai, karena dia menorehkan rasa yang teramat dalam. Dan hanya dia satu-satunya pria yang dapat membuatku terpesona, memendam rasa selama ini.



Kadang kala aku menyalahkanmu, kenapa kau membuat kami bertemu, bertatap muka, dan berinteraksi. Tapi ya sudahlah, toh aku sendiri yang terlalu bodoh, terlalu bermain dengan perasaan-perasaanku sendiri, menghibur diri dengan spekulasi-spekulasi, bahkan aku tak bisa membedakan mana yang nyata dan mana yang fana. Satu hal penting yang harus kau tau sist, dia tak pernah tau perasaanku, karena aku tak pernah mengutarakan apapun kepadanya, bahkan aku pergi dengan diam, dan membawa pulang setengah hatiku yang tersisa.

Sidoarjo, 13 Juni 2013


#latepost